Paus Fransiskus Kunjungi Korsel, Beatifikasi 124 Martir
SEOUL, SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus tiba di Seoul Kamis (14/8), menandai kunjungan pertama Paus ke negara itu dalam 25 tahun terakhir.
Kunjungan bersejarah juga menandai pergeseran demografi Katolik seiring peningkatan jumlah orang percaya berasal dari Amerika Latin, Afrika, dan Asia, bukan di Eropa.
“Kunjungan Paus ke Korea Selatan adalah bagian pertama dari pembukaan yang sangat cerdas untuk Asia,” kata Lionel Jensen, profesor Bahasa dan Budaya Asia Timur di Universitas Notre Dame. “Kehadiran Paus adalah simbol kuat pengakuan Vatikan bahwa di Asia dan Afrika Sub-Sahara gereja tumbuh paling menonjol.”
Selama lima hari kunjungan ke Korea Selatan, Paus akan melakukan beatifikasi 124 martir Korea, membantu merayakan Hari Pemuda Asia ke-6, yang merupakan pertemuan pemuda Katolik Asia, lalu memimpin Misa Kudus untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi, yang diharapkan akan menjadi doa untuk perdamaian, termasuk Korea Selatan dan Utara.
Semenanjung Korea masih dalam kondisi terbagi. Dan, salah satu misi Paus adalah untuk “pergi ke Korea dan berdoa bagi rekonsiliasi dan perdamaian,” kata juru bicara Vatikan, Padre Federico Lombardi.
Paus Fransiskus diharapkan dapat bertemu Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, juga mengadakan misa dengan anggota keluarga korban tenggelam feri Sewol. Paus juga berencana menemui para perempuan Korsel yang dijerumuskan ke dalam perbudakan seksual oleh Jepang dalam Perang Dunia II.
Pesan Kesederhanaan
Pertumbuhan penganut Katolik di Korea Selatan naik dari 5,2 juta umat di 2005 menjadi 5,4 juta pada 2013, walaupun itu merupakan penurunan signifikan dari tingkat pertumbuhan 70 persen dalam 10 tahun terakhir 2005. Hanya 10,4 persen warga Korea Selatan yang Katolik; kebanyakan Buddha atau Protestan.
Di negara yang menjadi salah rumah bagi pengembangan teknologi terbaru dan juga negara yang menanggung rata-rata utang rumah tangga terbesar di dunia, Paus Fransiskus diharapkan membawa pesan kesederhanaan dan kerendahhatian. Paus telah minta mobil kecil untuk perjalanannya.
“Korea telah mengalami perkembangan ekonomi dan sosial yang cepat, dan sekarang sedang berjuang dengan konflik yang muncul ke permukaan dari peningkatan polarisasi sosial,” tulis Pastor Peter Kang U-il, Presiden Konferensi Waligereja Korea. Gereja Korea harus mencoba untuk mengikuti pertumbuhan rohani, daripada mengejar pertumbuhan material, tulisnya. (cnn.com)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...