Paus Fransiskus Menelepon Pembunuh Orangtua Kandung
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus diduga menelepon seorang pembunuh asal Italia, Pietro Maso, yang meminta pengampunan kepada Paus Fransiskus.
Seperti diberitakan Telegraph, hari Rabu (20/1) saat Pietro berusia 25 tahun, ia membunuh orangtuanya. Kini Pietro Maso (45 tahun) sudah dibebaskan pada 2013 setelah menjalani hukuman penjara selama 22 tahun.
Pada April 1991, Pietro dipenjara karena menusuk ibu dan ayahnya berulang kali dengan peralatan dapur dan kemudian Pietro mencekik keduanya hingga tewas. Pietro membunuh orangtuanya dengan tujuan mengumpulkan warisannya.
Pada 2013, Pietro menulis surat kepada Paus mengatakan ia menyesali kejahatannya. “Saya menulis surat kepada Paus, saya meminta maaf untuk apa yang saya lakukan 25 tahun yang lalu dan bahwa aku berdoa untuk perdamaian," kata Pietro.
Pietro menjelaskan bahwa dia dan pasangannya, Stefania bergembira saat menerima telepon. Pietro mengatakan setelah menerima telepon, Pietro berkomitmen untuk membantu orang lain di sisa hidupnya.
Ini bukan pertama kalinya Paus melakukan panggilan telepon tak terduga. Pada 2013, seorang mahasiswa teknologi informasi 19-tahun dari dekat Padua di Italia Utara, Stefano Cabizza menerima panggilan telepon dari Paus Fransiskus setelah menulis sebuah surat yang mengungkapkan harapan ia akan mendapat pekerjaan di akhir studinya.
Stefano adalah seorang mahasiswa teknologi informasi menulis surat kepada Paus beberapa pekan sebelum dia dinyatakan lulus dari ujian di kampusnya. Stefano tertegun saat menerima telepon dari pemimpin lebih dari 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia tersebut yang meneleponnya bercakap-cakap dengannya.
“Saya tidak bisa percaya. Kami tertawa dan bercanda selama sekitar delapan menit. Dia menelepon saya sekitar pukul lima dan saat itu saya tidak di rumah,” kata Stefano.
Paus Fransiskus tidak hanya memberi pelayanan pengampunan, seperti diberitakan New York Daily News, pada 2014 Paus Fransiskus menerima curahan hati seorang janda asal Argentina, Jacqui Lisbona.
Lisbona menulis kepada Paus dan menceritakan kesedihannya karena oleh pendeta setempat dia dilarang mengambil komuni karena dia telah bercerai.
Lisbona mengatakan kepada Paus bahwa pendeta tersebut menganggap Lisbona hidup dalam dosa dengan suaminya. Padahal, ia menikah lagi dengan mantan suaminya ini dan sudah bahagia menikah dengannya selama 19 tahun dan memiliki dua anak putri.
Paus mengatakan bahwa seorang janda cerai mengambil komuni tidak menyalahi aturan agama, Paus Fransiskus sedih karena ada beberapa imam atau pendeta yang merasa lebih berkuasa dari Paus.
Paus sebelumnya, Benediktus XVI, menenangkan ribuan umat Katolik di seluruh dunia bahwa ia selalu menanggapi surat yang mereka tulis kepadanya. (telegraph.co.uk/ nydailynews.com)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...