Paus Gereja Koptik Batalkan Pertemuan Karena Keamanan di Mesir Buruk
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Seorang uskup dari Gereja Koptik Mesir mengatakan bahwa Paus Tawadros II telah membatalkan pertemuan publik mingguan, karena adanya kekhawatiran dan kemungkinan serangan terhadap jemaatnya.
Uskup Angaelos yang mengepalai gereja di Inggris, mengatakan bahwa dalam satu insiden yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan mengibarkan bendera al-Qaeda pada properti gereja, sementara jamaah bersembunyi di dalamnya.
Situasi di Mesir berkaitan dengan penyerangan terhadap kelompok minoritas penganut agama telah meningkat sejak revolusi Mesir 2011. Jemaat dari Gereja Koptik termasuk yang sering menjadi sasaran.
Sejumlah kelompok hak asasi manusia mengkritik pemerintah Mesir karena dinilai gagal melindungi warga penganut agama Kristen di sana. Sementara beberapa kelompok Islamis mengatakan bahwa gereja dinilai mendukung pencopotan Mahammed Morsi dari jabatan kepresidenan.
Dua minggu lalu, Uskup Angaelos mengatakan bahwa dia tidak keberatan tentang siapa yang memerintah Mesir, bahkan oleh satu kelompok Islamis, asalkan hak asasi dan hak individu dihormati, dan negara bisa berkembang.
Sekarang uskup mengungkapkan bahwa pemimpin Gereja Koptik, Paus Tawadros II, membatalkan beberapa acara publik di Katedral St Mark di Kairo, karena memburuknya situasi keamanan. Paus Tawadros disebutkan sangat prihatin dengan potensi serangan dan risiko yang dihadapi jemaat Koptik.
Dijadikan Target Kekerasan
Umat Kristen Koptik di Mesir telah lama menjadi target kelompok Islamis. Banyak di antara mereka secara terbuka menuduh gereja memainkan peran dalam pencopotan Mohammed Morsi dari kursi kepresidenan pada 3 Juli oleh pimpinan militer negara itu.
Ketika kepala tentara, Jenderal Abdul Fattah al-Sisi tampil di televisi untuk mengumumkan bahwa Mohammed Morsi telah dicopot dari kekuasaan, Paus Tawadros II, dan Ahmed Al-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, mengeluarkan pernyataan.
Paus Tawadros mengatakan bahwa peta jalan (road map) yang disebutkan telah menjadi pengetahuan umum dirancang oleh orang-orang terhormat, yang memiliki kepentingan terbaik di hati rakyat Mesir. Beberapa tokoh Islamis menyebutkan hal ini sebagai tanda bahwa gereja bersekongkol dalam penggulingan pemimpin mereka.
Paus Tawadros biasanya tampil mingguan di publik sebagai pertemuan yang dianggap kuliah tentang Alkitab. Pada pertemuan itu Paus menjawab pertanyaan jemaat yang berkumpul di dalam Katedral St Mark.
Insiden terakhir yang dikutip oleh Uskup Angaelos adalah serangan terhadap sebuah gereja di mana para jemaat bersembunyi di dalamnya, sementara sebuah bendera al-Qaeda dikibarkan pada bangunan tersebut.
Dia mengatakan banyak rumah dan bisnis orang Kristen diratakan dengan tanah, serta orang menelepon pada acara televisi yang secara terbuka menuntut pemberantasan bagi orang-orang non-Muslim.
Pada hari Rabu (7/8), 16 organisasi hak asasi manusia Mesir mengecam kegagalan pemerintah untuk melindungi warga Koptik, dan mengatakan para pemimpin Ikhwanul Muslimin yang menggunakan pidato yang menyebarkan kebencian demi kepentingan politik.
Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan bahwa sejauh ini metode tradisional untuk menghentikan serangan dan kekerasan dengan menggunakan mediasi tidak bekerja seperti diharapkan.
Oleh karena itu, Mereka menyerukan penyelidikan independen atas situasi mengapa orang Kristen dan harta mereka tidak dilindungi oleh pasukan keamanan. (bbc.co.uk)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...