Paus Kecam Perlakuan Buru pada Pekerja di Bangladesh
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Paus Fransiskus mengecam kondisi pekerja di Bangladesh yang disebutnya sebagai “pekerja budak” sehingga menjadi korban dan terperangkap dalam bangunan pabrik yang runtuh. Demikian diungkapkan berkaitan dengan hari Buruh Sedunia Rabu (1/5).
Kasus runtuhnya Plaza Rana di pinggiran kota Dhaka, ibu kota Bangladesh menewaskan lebih dari 400 orang dan ribuan orang terluka. Sementara itu, di Dhaka dilaporkan bahwa pada May Day, para demonstran menuntut hukuman mati bagi pemilik bangunan.
Paus mengatakan terkejut dengan laporan yang menyebutkan bahwa para pekerja di Bangladesh itu hanya dibayar 38 Euro atau setara US$ 50 per bulan. Nilai ini tidak lebih dari Rp 500 ribu.
"Hari ini perbudakan sedang dilakukan melawan ciptaan Tuhan yang indah yang diberi kemampuan daya cipta, berkarya dan memiliki martabat," kata Paus pada misa pribadi.
"Tidak membayar upah secara adil, tidak menbuka kesempatan bekerja karena hanya melihat neraca keuangan, hanya mengejar keuntungan adalah bertentangan dengan Allah," katanya seperti dikutip oleh radio Vatikan.
Runtuhnya pabrik garmen di Bangladesh itu menewaskan setidaknya 410 orang, dan 140 belum ditemukan dalam reruntuhan bangunan berlantai delapan itu. Sedangkan 2.500 orang disebutkan terluka. Ini adalah bencana industri terburuk di negara tersebut.
Demonstrasi May Day
Demonstrasi di Dhaka menyerukan tuntutan perbaikan kerja. "Saya ingin hukuman mati bagi pemilik bangunan," kata seorang dari demonstran, Mongidul Islam Rana yang telah bekerja selama 18 tahun di pabrik garmen, seperti yang diberitakan BBC London. "Kami ingin gaji reguler, peningkatan keamanan di pabrik."
Di tempat terpisah, oposisi negara itu mengkritik pemerintah. Berbicara di sebuah reli di kota industri Narayanganj, pemimpin partai oposisi utama Bangladesh, Khaleda Zia, menuduh bahwa pemerintah menyembunyikan jumlah korban yang sebenarnya.
Pihak Uni Eropa tengah mempertimbangkan tindakan untuk mendorong perbaikan kondisi kerja di Bangladesh, merngingat Eropa adalah pasar produk garmen Bangladesh.
Produk industri garmen Bangladesh sebagian besar (80 persen) diekspor dan menyediakan lapangan kerja bagi sekitar empat juta orang. Namun industri ini, menghadapi kecaman atas upah rendah dan pembatasan hak pekerja, serta kondisi tempat kerja yang seringkali berbahaya.
Perusahaan di Inggris dan di Kanada menjual produk yang dibuat di Rana Plaza yang dimiliki Mohammed Sohel Rana. Dia seorang pemimpin sayap pemuda partai yang berkuasa, Partai Liga Awami. Dia, dan tujuh orang lainnya, sekarang dalam tahanan polisi.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...