Paus Tawadros: Konflik Sektarian Akibatkan Kebodohan Manusia
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Kepala Gereja Koptik Mesir, Paus Tawadros II, mengatakan bahwa konflik sektarian di Timur Tengah mengakibatkan "kebodohan manusia," sebagaimana dikutip media setempat Al-Ahram, hari Kamis (7/1) di Kairo, Mesir.
Pertikaian sektarian menyebabkan "orang saling membunuh demi uang dan kepentingan mereka," kata Paus dalam wawancara terkait perayaan Natal gereja itu.
Dia juga berbicara tentang hubungan dengan Ethiopia, di mana hanya sekitar setengah penduduk negara itu adalah jemaat Gereja Ortodoks Ethiopia Tewahedo.
"Kita perlu lebih peduli pada Ethiopia, dan tidak akan ada perang antara Mesir dan Ethiopia karena air," kata Paus. Menurut dia, negosiasi dan saling memahami akan memecahkan banyak masalah antara kedua negara.
Ethiopia saat ini sedang membangun sebuah bendungan, Grand Ethiopia Renaissance, di Nil Biru. Pihak Mesir telah menyatakan keprihatinan bahwa bendungan itu bisa berdampak negatif terhadap pasokan air sungai Nil yang dibutuhkan negara itu.
Pada bulan September, Paus mengunjungi Ethiopia, sementara Patriach Mathais I dari Gereja Ortodoks Ethiopia Tewahedo mengunjungi Mesir pada awal tahun.
Paus juga membahas kunjungannya yang kontroversial ke Yerusalem pada bulan November tahun lalu. Di sana dia mimpin doa pemakaman bagi kepala Gereja Metropolitan Yerusalem dan Timur Dekat, Uskup Agung Abraham, yang meninggal bulan itu.
"Ada juga pertimbangan pribadi dalam kunjungan ini, karena Uskup Agung Abraham adalah biarawan pertama yang menerima saya di biara itu ketika saya menjadi seorang biarawan, dan kami menjadi rekan," kata dia, menambahkan bahwa kunjungan itu" di luar pertimbangan politik."
Paus Shenouda III dari Gereja Koptik mengeluarkan larangan kepausan untuk berziarah ke Israel pada tahun 1979. Kebijakan itu tetap berlaku sebagai sikap yang jelas Gereja Koptik terhadap pendudukan Israel di Yerusalem. Kunjungan Paus Tawadros adalah yang pertama oleh Paus Koptik ke Tanah Suci sejak tahun 1967.
Paus Tawadros juga berbicara tentang hukum status pribadi dan perdebatan tentang perceraian bagi orang Kristen di Mesir. Paus mengatakan bahwa Gereja mengikuti (ajaran) Alkitab dalam hal tersebut. Gereja menentang perceraian, kecuali karena perzinahan.
Pada tahun 2014, Departemen Kehakiman Transisi Mesir menyusun hukum status pribadi baru bagi warga non-Muslim yang berisi ketentuan-ketentuan baru tentang perceraian. UU tersebut belum disahkan sampai sekarang.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...