Loading...
RELIGI
Penulis: Yan Chrisna 10:46 WIB | Sabtu, 18 Mei 2013

Paus: Uang untuk Melayani, Bukan untuk Memerintah

Paus Fransiskus (Foto: Independent.ie)
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Paus Fransiskus menyerukan kepada dunia untuk melakukan reformasi dalam bidang keuangan. Reformasi yang menghormati martabat manusia, mendukung orang yang miskin, meningkatkan kesejahteraan umum dan peran aktif negara dalam mengatur pasar demi kesejahteraan warganya.

"Uang haruslah untuk melayani, bukan untuk memerintah," katanya dalam kata sambutan sebagai paus, dalam sebuah acara mengenai krisis ekonomi dan keuangan dunia pada Kamis (16/05) di Vatikan.

 
Krisis ekonomi telah menciptakan ketakutan dan keputusasaan, kegembiraan hidup berkurang dan peningkatan kekerasan serta kemiskinan karena banyak orang bekerja dengan cara yang "tidak bermartabat," kata Paus.

"Kami telah menciptakan berhala baru" di mana "anak lembu emas telah berubah dalam kultus uang dan kediktatoran ekonomi yang tidak manusiawi." Referensi dari Kitab Keluaran, ketika orang Israel menyembah anak lembu emas saat nabi Musa naik ke puncak Gunung Sinai menerima Sepuluh Perintah Allah.

 
Selain menyerukan perubahan dalam sistem ekonomi, Paus Fransiskus juga menginginkan Gereja Katolik dengan 1,2 miliar pemeluknya untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam membela kaum miskin. Kekayaan orang yang sudah kaya "meningkat secara tajam," sedangkan pendapatan kaum miskin yang jumlahnya lebih banyak, malah "jatuh," katanya.
 
"Ketidakseimbangan ini hasil dari ideologi yang mendasarkan otonomi mutlak pada pasar, spekulasi keuangan dan penolakan kontrol negara yang bertujuan demi kesejahteraan bersama," tambahnya.

Paus mengatakan, ia "mengasihi semua orang, kaya maupun miskin," tapi sebagai paus ia "memiliki tugas, dalam nama Kristus, untuk mengingatkan orang kaya untuk membantu orang miskin, menghormati mereka, untuk memuliakan mereka."

Ia menyerukan reformasi keuangan yang etis yang dapat "menguntungkan semua orang" dan bagi dunia keuangan dan ekonomi untuk lebih memperhitungkan pentingnya etika dan solidaritas daripada keuntungan pribadi semata.

Mengapa para pemimpin dunia tidak "berbalik kepada Allah untuk mendapat pencerahan?" kata Paus.

Melihat ke Allah dan "desain-Nya" akan membantu menciptakan "pola pikir politik dan ekonomi baru" yang akan membawa ekonomi dan masalah sosial kembali bersama-sama dalam suatu hubungan yang sehat dan harmonis, katanya.

 

KABAR TERBARU
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terjual Lebih dari US$5 Juta

Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home