Loading...
HAM
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:15 WIB | Rabu, 17 Juni 2015

PBB: 250 Ribu Anak Kelaparan di Sudan Selatan

Nyaman Joak, 35 tahun, dan anaknya Boum, 16 bulan, tiba di Pagak, pintu masuk di perbatasan Sudan Selatan dengan Ethiopia untuk mendaftar sebagai pengungsi. (Foto: Dok.satuharapan.com/un.org/WFP / Lisa Bryant)

JUBA, SATUHARAPAN.COM - Seperempat juta anak di Sudan Selatan, yang dikoyak perang terancam kelaparan, saat akhir dari konflik yang telah berlangsung 18 bulan itu, kata kepala bantuan Perserikatan Bangsa Bangsa yang terusir, Selasa (16/6).

"Enam bulan lalu, kami pikir, kekerasan dan penderitaan telah mencapai puncaknya dan bahwa perdamaian telah dekat. Kami salah," kata Toby Lanzer, yang dilarang untuk memasuki negara itu awal bulan ini setelah peringatannya akan krisis ekonomi.

"Kekerasan politik menyebabkan perdamaian makin menjauh, perang berkecamuk dan menuju keruntuhan ekonomi."

Perang saudara dimulai pada Desember 2013, saat Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakilnya Riek Machar merencanakan kudeta, memulai siklus pembunuhan balas dendam di seluruh negara yang miskin itu, dan pada akhirnya memecah belah negara yang terkurung daratan di sepanjang garis etnis.

Kekerasan di Sudan Selatan telah ditandai dengan pembantaian etnis, pemerkosaan dan penggunaan tentara anak.

"Di setengah wilayah negara itu, satu dari tiga anak-anak kekurangan gizi akut, dan 250 ribu anak-anak terancam kelaparan," kata Lanzer menambahkan dalam laporan yang mendesak donor untuk berkontribusi pada permintaan bantuan senilai 1,63 miliar dolar.

Ia mengatakan Sudan Selatan berada di peringkat "rendah dalam hal pembangunan manusia dari hampir setiap tempat lain di bumi."

Dua-pertiga dari 12 juta penduduk negara itu membutuhkan bantuan, dengan 4,5 juta orang menghadapi kerawanan pangan yang parah, menurut Perserikatan Bangsa Bangsa.

"Pertempuran terbaru telah ditandai dengan pembakaran luas rumah, pembongkaran sekolah, rumah sakit dan pos kesehatan, pencurian puluhan ribu ternak, perusakan sumber air dan serangan lainnya pada infrastruktur dan aset yang diperlukan untuk kehidupan komunal," kata  laporan itu yang juga menyebutkan perkosaan dan serangan terhadap warga sipil.

"Belum ada upaya yang jelas, untuk membedakan militer dari target sipil, dengan penembakan pada pusat kegiatan warga dan penembakan tanpa pandang bulu ke pemukiman. "

“Lebih dari selusin pekerja bantuan, telah tewas sejak perang dimulai dengan banyak yang lain hilang. Sementara itu tempat penyimpanan dan konvoi bantuan dijarah, “ katanya

Uni Afrika pada Selasa (16/6), mengeluarkan pernyataan mengutuk para pemimpin perang dan menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi pada mereka.

"Keberlanjutan permusuhan, secara total mengabaikan penderitaan rakyat, sama saja dengan ketiadaan tanggungjawab yang paling mendasar dari para pemimpin Sudan Selatan untuk rakyat mereka sendiri," kata Dewan Keamanan dan Perdamaian Uni Afrika.(AFP/Ant)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home