PBB: Hentikan Siklus Kekerasan di Palestina
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, meminta Israel dan Palestina menghentikan pertempuran yang telah berlangsung selama dua pekan dan kembali berdialog untuk mengatasi penyebab siklus kekerasan yang terus mengganggu perdamaian.
"Pesan saya kepada Israel dan Palestina sama: Hentikan pertempuran. Mulai berbicara. Dan mengatasi akar penyebab konflik, sehingga kita tidak kembali ke situasi yang sama dalam enam bulan atau satu tahun," kata Ban kepada pers bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, hari Selasa (22/7).
"Kita harus mengatasi masalah mendasar ini, termasuk saling mengakui, masalah pekerjaan, dan situasi putus asa dan penolakan martabat, sehingga orang tidak merasa mereka harus menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mengekspresikan keluhan mereka," kata Ban.
Ban dalam lawatannya berkunjung ke Israel dari Mesir, di mana dia bertemu Presiden Abdel Fattah El-Sisi dan mengucapkan terima kasih atas perannya dalam upaya membangun gencatan senjata di Gaza. Dia juga mengunjungi Qatar, Kuwait, Yordania dan Arab Saudi.
Kekerasan Israel-Palestina berkobar setelah penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel di Tepi Barat, kemudian penculikan dan pembunuhan seorang remaja Palestina dari Yerusalem Timur. Sejak itu militan di Gaza meningkatkan serangan roket terhadap Israel, dan Israel mengintensifkan serangan udara dan meluncurkan serangan darat ke wilayah itu.
"Posisi PBB jelas: Kami mengutuk keras serangan roket. Ini harus segera dihentikan," kata Ban. "Kami juga mengutuk penggunaan wilayah sipil, sekolah, rumah sakit dan fasilitas sipil lainnya, untuk tujuan militer,” kata Ban.
"Tidak ada negara akan menerima hujan roket yang turun di wilayahnya, dan semua negara dan pihak memiliki kewajiban internasional untuk melindungi warga sipil," kata dia menambahkan.
Selama pertemuannya dengan Netanyahu, Ban menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata segera, dan tanpa syarat dan menekankan perlunya untuk bantuan untuk masalah kemanusiaan yang mengerikan di Gaza.
Peran Komunitas Internasional
Dari Israel, Ban menuju Ramallah di Tepi Barat, Palestina. Dia mendapat penjelasan tentang Dewan Keamanan yang mengadakan debat terbuka mengenai situasi di Timur Tengah. Dia mengikuti pertemuan itu melalui video conference, dan mengatakan bahwa para pihak harus melaksanakan seruan Dewan untuk kembali ke perundingan untuk menemukan penyelesaian konflik melalui solusi dua-negara.
"Kami, sebagai komunitas internasional, harus memikul tanggung jawab akibat kegagalan kolektif dalam mencapai solusi politik bagi konflik Israel-Palestina," kata dia. "Kita tidak bisa kembali ke status quo. Keprihatinan yang dialami oleh Palestina dan Israel."
"Sekali lagi, terlalu banyak warga sipil, termasuk banyak anak-anak, menanggung akibat dari eskalasi terbaru ini. Saya sekali lagi mendesak semua pihak di balik upaya internasional bersama untuk mengakhiri pertempuran. Tidak ada waktu untuk menyerah. "
Masalah Isolasi Palestina
Sementara di Ramallah, Ban bertemu dengan Perdana Menteri Palestina, Rami Hamdallah, dan anggota kabinet. Pada pertemuan pers bersama Hamdallah, Sekjen mengatakan bahwa foto tentang perempuan dan anak yang meninggal dan penderitaan di Gaza terlalu berat untuk ditanggung.
“Terlalu banyak warga sipil yang meninggal. Terlalu banyak yang terjebak dalam baku tembak. Terlalu banyak keluarga tidak memiliki jalan keluar... Saya khawatir bahwa pengungsian akan menciptakan kekacauan serta penderitaan yang lebih berat bagi rakyat Palestina, " kata Ban.
Ban mengatakan, "Sudah saatnya untuk mengakhiri siklus penderitaan yang tak henti-hentinya bagi rakyat Palestina. Dalam istilah sederhana, itu berarti gencatan senjata yang harus mengatasi akar penyebab ketidakstabilan di Gaza. Hal yang sama tidak bisa kembali dengan cara yang mencekik dengan penutupan (isolasi), (yang menyebabka) kekurangan air dan energi secara kronis, keterbelakangan ekonomi, dan kebuntuan politik (yang juga) kronis. Warga Gaza harus memiliki harapan nyata untuk rekonstruksi dan kemajuan,” kata Ban. Hal itu mengacu pada isollasi Gaza oleh Israel yang menyulitkan kehidupan warganya.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), eskalasi kekerasan terbaru telah membunuh lebih dari 500 orang, sebagian besar dari mereka warga sipil Palestina. Pertempuran juga telah menelantarkan lebih dari 100.000 orang atau lebih dari lima persen dari populasi Gaza. Mereka mencari perlindungan di Badan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).
"Tidak ada tempat yang aman bagi warga sipil," kata juru bicara OCHA, Jens Laerke, di Jenewa. Selain korban jiwa, hampir 500 rumah telah hancur atau rusak parah akibat serangan udara Israel, kata dia menambahkan.
Pada pertemuan pers dengan Netanyahu, Sekjen menyesalkan kenyataan bahwa terlalu banyak ibu di Palestina dan Israel mengubur anak-anak mereka. "Kami berutang kepada pengorbanan mereka, dan aspirasi Israel dan Palestina untuk perdamaian, untuk mengintensifkan upaya untuk menemukan solusi,” kata Ban. (un.org)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...