PBB: Kita Hidup dalam Momen Berbahaya
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – "Kita hidup dalam momen berbahaya." Demikian dikatakan Sekretaris Jenderan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, dalam peingatan hari Perdamaian Internasional di markas besar PBB di New York, hari Senin (21/9) waktu setempat.
Namun demikian, dalam pesan itu, Ban juga meminta perhatian pada fakta bahwa "hal ini juga merupakan era dengan janji besar (untuk perdamaian)."
PBB dalam peringatan Hari Perdamaian Internasional menyerukan semua pihak yang bertikai untuk meletakkan senjata mereka dan menjaga gencatan senjata secara global. PBBmeminta "menghentikan pembunuhan dan penghancuran, dan menciptakan ruang untuk perdamaian abadi."
Peringatan dengan tema: "Kemitraan untuk Perdamaian - Martabat untuk Semua" itu ditandai dengan membunyikan lonceng perdamaian. "Persis seperti dengan jelas lonceng ini mengeluarkan suara, kami akan terus memukul titik itu dan menuntut perdamaian," kata Ban.
"Dalam hitungan hari, para pemimpin dari seluruh dunia akan berkumpul di PBB untuk mengadopsi Agenda 2030, dan rencana 15 tahun untuk mencapai pembangunan berkelanjutan," kata dia. "Ini merupakan dasar untuk mengantarkan kehidupan yang bermartabat bagi semua, di mana kemiskinan adalah sejarah dan perdamaian adalah yang terpenting."
Pengungsi Global
Presiden Majelis Umum PBB, Mogens Lykketoft, dalam pernyataannya mendesak semua negara mengatasi krisis pengungsi global, "terlepas mereka memiliki kemudahan jarak atau menghadapi tantangan kedekatan."
"Masyarakat internasional memiliki kewajiban tegas terhadap perempuan, pria dan anak-anak yang mencari perlindungan dari konflik dan kekerasan," kata Lykketoft. Dia mengatakan akan membahas hal itu dengan Paus Fransiskus selama kunjungannya ke PBB, hari Jumat.
Hari Internasional Perdamaian ditetapkan pada tahun 1981 oleh Majelis Umum bertepatan dengan pembukaan sidang yang diselenggarakan setiap tahun pada hari Selasa ketiga bulan September. Pada tahun 2001, Majelis Umum menetapkan 21 September sebagai hari non-kekerasan dan gencatan senjata.
Pada usianya ke-70 PBB mengkampanyekan tujuan untuk menyelamatkan generasi muda dari bencana perang.
Sekjen PBB akan menghadiri Upacara Minum Teh untuk Perdamaian di mana dia mengatakan bahwa "keindahan upacara minum teh ini adalah kesederhanaan." Menurut dia, meskipun dunia ini menghadapi banyak masalah yang kompleks, "kita bisa dengan hanya bertindak dalam solidaritas berdasarkan nilai-nilai bersama kita pada hak asasi manusia, keadilan dan perdamaian."
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...