PBB: Pelanggaran di Suriah Dibawa ke Pengadilan Pidana Internasional
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal PBB untuk pertama kalinya menyerukan agar pelanggaran di Suriah dibawa ke Pengadilan Pidana Internasional. Hal itu disampaikan Ban Ki-moon, dalam pertemuan global hari Senin (28/9) di New York.
Seruan Ban itu ditujukan pada pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ban menyampaikan hal itu sebelum 193 kepala negara dan kepala pemerintahan anggota PBB menyampaikan pidato dalam debat umum pada sidang Majelis Umum PBB.
Sekjen PBB itu bersikeras adanya solusi politik untuk menyelesaikan perang saudara di Suriah, yang sekarang memasuki tahun kelima dengan lebih dari seperempat juta orang tewas.
Ban mengatakan bahwa lima negara "memegang kunci" untuk solusi politik bagi Suriah: Rusia, Amerika Serikat, Arab Saudi, Turki dan Iran. Dia mengatakan "Rakyat Suriah yang tidak bersalah harus menanggung penderitaan akibat bom barel lebih dan terorisme" dan tidak boleh ada impunitas untuk pelaku kejahatan yang "mengerikan" ini.
Sekjen PBB jelas mengatakan bahwa konflik di Suriah itu "didorong oleh persaingan kekuatan regional." Di sela-sela pertemuan para pemimpin dunia pekan ini, para pihak yang terkait berupaya untuk menemukan solusi bagi konflik Suriah.
Krisis lain yang menjadi pusat diskusi adalah arus pengungsi akibat konflik dan krisis migran. Arus pengungsi ini adalah yang terbesar sejak pergolakan Perang Dunia II.
Ban meingatkan tentang sumber daya yang sangat rendah untuk mengatasi krisis pengungsi dan migran. "Sistem kemanusiaan global tidak rusak, melainkan bangkrut," katanya.
Dia dengan kritik keras menegaskan, PBB hanya memiliki setengah dari apa yang dibutuhkan untuk membantu orang di Irak, Sudan Selatan dan Yaman, dan hanya sepertiga dari apa yang dibutuhkan untuk Suriah.
Di luar itu, Sekjen PBB mendesak agar dunia bersatu melawan "kebrutalan yang dilakukan terang-terangan" dari kelompok-kelompok ekstremis termasuk Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS). Dia juga mengingatkan bahaya akibat pihak-pihak yang mengendalikan konflik di Yaman, dan juga konflik Israel- Pelestina yang bisa menjadi lebih berbahaya.
Ban menyerukan agar masyarakat internasional untuk menekan kedua belah pihak untuk kembali terlibat di dalam proses perdamaian. (un.org)
Editor : Sabar Subekti
Jaga Imun Tubuh Atasi Tuberkulosis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter Spesialis Paru RSPI Bintaro, Dr dr Raden Rara Diah Handayani, Sp.P...