PBB Tegur Pemberi Donor Bantuan Suriah
YORDANIA, SATUHARAPAN.COM – Badan pengungsi PBB menegur pemberi donor karena tidak berbuat cukup banyak untuk membantu jutaan pengungsi Suriah dan negara-negara yang membantu mereka dengan mengatakan krisis tersebut menuntut dukungan besar.
Perang saudara Suriah telah menimbulkan krisis pengungsi terburuk sejak genosida Rwanda dari pertengahan 1990-an dengan setengah penduduk telah meninggalkan rumah mereka, termasuk hampir tiga juta pengungsi kebanyakan berlindung di negara-negara tetangga.
“Dampak yang sangat besar ini tidak diakui sepenuhnya oleh masyarakat internasional,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres pada pertemuan para pejabat senior dari Mesir, Yordania, Irak, Lebanon dan Turki.
“Akan saya perjelas, hanya ada sedikit bantuan,” kata dia di kamp pengungsi Zaatari di Yordania Utara yang merupakan rumah bagi lebih dari 100.000 warga Suriah.
“Harus ada dukungan besar dari masyarakat internasional pada tingkat anggaran pemerintah dan proyek-proyek pembangunan yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, air dan infrastruktur.”
Menurut Guterres, para menteri luar negeri dari Yordania, Turki dan Irak serta deputi menteri luar negeri dari Mesir dan menteri sosial Lebanon, menghadiri pembicaraan dan sepakat untuk bertemu lagi di Lebanon pada 20 Juni mendatang.
“Hal ini penting bahwa negara-negara di seluruh dunia tidak hanya yang berada di wilayah ini, untuk terbuka bagi pengungsi Suriah dan memfasilitasi akses ke wilayah mereka dengan kebijakan yang lebih terbuka dan memiliki tanggung jawab yang lebih umum,” kata dia.
Pada bulan Desember, PBB meminta sekitar USD 6,5 miliar (Rp 74 triliun) untuk korban perang Suriah dan USD 2,3 miliar (Rp 26 triliun) telah dijanjikan pada konferensi donor di Kuwait pada bulan Januari lalu.
Tetapi para pejabat mengatakan rencana mereka pada 2014 hanya sebanyak 25 persen yang akan didanai.
Dalam pernyataan bersama, mereka meminta bantuan yang lebih besar di dalam wilayah Suriah dan menggarisbawahi kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kembali aman dan bermartabat ketika kembali ke Suriah dan mendesak solusi politik untuk mengakhiri perang.
Menurut UNHCR, Lebanon adalah rumah bagi lebih dari satu juta pengungsi Suriah, sementara lebih dari 700.000 pengungsi telah melarikan diri ke Turki, 600.000 pengungsi ke Yordania, 220.000 pengungsi ke Irak, dan 136.000 pengungsi ke Mesir.
Pada Sabtu (3/5), Guterres mengunjungi Azraq, kamp pengungsi Suriah yang baru di Yordania yang dibuka pada Rabu (30/4).
Kamp seluas 15 kilometer persegi ini dapat menampung hingga 50.000 orang tapi UNHCR mengatakan dapat diperluas hingga memuat kapasitas sebanyak 130.000 orang yang membuatnya menjadi salah satu kamp yang terbesar di dunia.
Pemberontakan Suriah dimulai dengan protes damai di bulan Maret 2011 meningkat menjadi pemberontakan setelah rezim tersebut menebaki para demonstran. Diperkirakan 150.000 orang telah tewas sejak pemberontakan tersebut dimulai. (aljazeera.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...