Pdt Saeed Abedini Dibelenggu di Rumah Sakit Iran
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Pendeta AS, Saeed Abedini, dilaporkan dibelenggu di rumah sakit Iran Rabu (12/3). Pdt Abedini tidak mendapat operasi atas luka di perutnya.
“Pagi ini tentara Iran melakukan kekerasan terhadap Pastor Saeed dan kerabatnya yang mengunjunginya di rumah sakit. Pastor Saeed dibelenggu. Kerabatnya diusir dari rumah sakit,” kata Pusat Hukum dan Keadilan Warga AS (ACLJ), wakil istri Abedini dan dua anaknya di AS.
Menurut ACLJ, Abedini dipindahkan lebih dari seminggu yang lalu dari Penjara Rajai Shahr ke rumah sakit swasta di Iran di mana ia menjalani berbagai tes karena kondisi medis dianggap memburuk dan ia harus disuplai makanan. Dan, meski ia berjanji bahwa ia akan menjalani operasi untuk mengatasi rasa sakit kronis di daerah perutnya—hasil dari berbagai pemukulan di penjara—Abedini dikirim kembali ke penjara tanpa dirawat dan dokter memberinya tidak lebih dari obat penghilang rasa sakit.
Istri pendeta AS tersebut, Naghmeh, telah berkampanye untuk pembebasannya dari penjara Iran sejak penangkapannya pada Juli 2012 ketika bekerja pada sebuah proyek panti asuhan. Abedini dituduh membahayakan keamanan nasional. Pdt Abedini kemudian dihukum delapan tahun penjara. ACLJ, yang telah meluncurkan berbagai petisi atas namanya, mengatakan pemenjaraan itu lebih berkaitan dengan iman Kristen pendeta.
ACLJ mengatakan insiden terbaru adalah mencurigakan. Sebab, pendeta diberi kesempatan untuk berkunjung ke rumah sakit ketika Perwakilan Tinggi Uni Eropa, Catherine Ashton, tiba di Iran. Segera setelah Ashton meninggalkan negara Islam, Abedini dikirim kembali ke penjara tanpa menerima pengobatan yang ia butuhkan.
“Uni Eropa setia mengangkat kasus Pastor Saeed untuk beberapa waktu, dan langkah ini akan memungkinkan para pejabat Iran melaporkan bahwa ia menerima perawatan medis jika kasusnya diangkat selama kunjungan Uni Eropa ke Iran,” catat ACLJ.
“Peristiwa yang mengganggu ini menegaskan kembali perlunya untuk menjaga tekanan pada Iran. Segera setelah tekanan mereda, situasi makin memburuk. Iran tidak boleh dibiarkan terus menyalahgunakan dan menganiaya Pdt Saeed terlepas dari sorotan publik. Pemerintah Iran yang lalim memenjarakan dia dan menolak memberikan perawatan medis yang diperlukan karena ia adalah seorang Kristen. Setiap hari terpisah dari keluarganya dan jauh dari perawatan dokter adalah pelanggaran hak asasi manusia yang lain.”
Pada Januari lalu, Abedini diberi “secercah harapan” setelah Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif tampaknya menyarankan mengurangi kemungkinan hukuman penjara. ACLJ mencatat bahwa Tahun Baru Iran adalah 21 Maret, “saat grasi sering diberikan kepada tahanan”.
Menyusul protes dari kelompok hak asasi manusia dan istri Abedini bahwa pemerintah AS telah meninggalkan pendeta, Presiden Barack Obama meminta pemerintah Iran untuk melepaskan Abedini selama pidato pada Prayer Breakfast bulan lalu. Lebih dari 192.000 orang telah menandatangani petisi yang menyerukan Iran untuk membebaskan Abedini. (christianpost.com)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...