Pecahan Kaca Tank Menjelma Jadi Malaikat Perdamaian
SATUHARAPAN.COM – Sebuah tank Israel menghantam sebuah toko cenderamata di International Centre of Bethlehem/ICB) di Bethlehem pada tahun 2002. Lalu, tank itu dibiarkan begitu saja. Siapa nyana, pecahan kaca dari rongsokan tank itu lalu menjelma menjadi malaikat-malaikat perdamaian. Dan, kini kreasi malaikat-malaikat perdamaian dari pecahan kaca itu dijual ke seluruh dunia.
Tidak lagi dibuat dari pecahan kaca tank, kini malaikat-malaikat kaca perdamaian itu dibuat dari pecahan botol bekas. Kegiatan itu sudah menjadi bisnis kecil, seperti dikisahkan Claus Grue, konsultan komunikasi untuk Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) di laman oikoumene.org. Usaha itu mempekerjakan sekitar 50 orang di daerah Bethlehem. Sejak insiden tank tahun 2002 itu, ribuan produk malaikat perdamaian telah diproduksi dan dijual di seluruh dunia.
Inger Jonasson, misionaris dan guru seni Swedia, yang bekerja di Pusat Seni dan Budaya di ICB periode 2004 - 2012, menjelaskan alasan teologis di balik proyek malaikat itu.
“Kaca patri dapat dilihat sebagai tanda kehancuran di dunia kita, yang juga merupakan alasan mengapa Tuhan menjadi manusia. Melalui inkarnasi, Tuhan membawa yang ilahi dan manusia bersama. Dia memeluk apa yang tampak tidak berharga dan tanpa harapan, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang indah dan lengkap. Inkarnasi ini, yang terjadi di Betlehem lebih dari 2000 tahun yang lalu, adalah yang memberi kita kekuatan untuk mencari orang-orang dengan kehidupan yang hancur dan kehilangan harapan,” katanya.
Simbol Simpati kepada Rakyat Palestina
Jonasson, pendorong perdamaian dan rekonsiliasi yang sudah sekian lama bekerja melayani di Israel dan Palestina, telah terlibat dalam sejumlah program budaya selama bertahun-tahun. Ia juga terus bekerja sebagai guru satu bulan dalam setiap tahun di Perguruan Tinggi Seni dan Budaya Universitas Dar al Kalima (DAK) di Bethlehem.
“Para malaikat perdamaian adalah utusan keadilan, perdamaian, dan martabat. Malaikat-malaikat perdamaian berbahan pecahan kaca itu telah menjadi sumber penghidupan yang penting bagi banyak keluarga Palestina di daerah yang 70 persen dari populasi orang dewasanya menganggur,” ia menjelaskan.
Jonasson sangat menyukai proyek-proyek seni yang mengubah hal-hal yang menyedihkan menjadi sesuatu yang penuh harapan. Para malaikat dari pecahan kaca itu, bersinggungan dengan penderitaan, dan telah menjadi simbol simpati kepada rakyat Palestina.
“Ini adalah ide yang lahir dari puing-puing yang tumbuh menjadi manifestasi perdamaian yang kuat,” kata Jonasson.
Banyak dari pembuat malaikat perdamaian itu telah menjadi mahasiswa seni di kelas yang ia pimpin, dan ia terus menginspirasi seniman muda. Ia memimpin Friends of DAK di Swedia, yang memberikan beasiswa kepada mahasiswa seni di Dar al Kalima College.
Ia juga mengatur tur untuk pelukis Swedia ke Galilea, Bethlehem, dan Yerusalem selama beberapa tahun. Pelukis-pelukis Swedia melukis bersama murid-murid Palestina dan menggelar pameran bersama di DAK.
Keterlibatan Jonasson sendiri sebagian besar terinspirasi oleh Pendeta Dr Mitri Raheb, pendeta Lutheran di Bethlehem dan pendiri College of Arts and Culture.
“Ia telah menjadi kekuatan pendorong untuk seni dan budaya dan meluncurkan banyak program. Seni dan budaya adalah elemen penting dalam membangun demokrasi, terutama di saat-saat orang tak berpengharapan,” Jonasson menyimpulkan.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...