Pemakaman Mandela Dilaksanakan Secara Adat
QUNU, SATUHARAPAN.COM Tenda raksasa warna putih tampak di kejauhan, berdiri sangat kontras di tanah lapang hijau yang amat luas. Tenda itu berdiri tak jauh dari kediaman Nelson Mandela. Di tempat itu pula, Minggu (15/12) upacara pemakaman mantan Presiden Amerika Selatan dilangsungkan.
Qunu, 32 km dari Bandara Mthata, di Provinsi Eastern Cape, 900 kilometer sebelah selatan ibu kota Johannesburg, akan menjadi tempat peristirahatan terakhir pejuang apartheid itu, seperti keinginan yang pernah ia utarakan pada masa hidupnya.
Jenazah Nelson Mandela tiba di bandara Mthata, Sabtu (14/12), pukul 13.37 waktu setempat.
Pemakaman secara adat akan menjadi rangkaian akhir dari perjalanan panjang Mandela menuju peristirahatan terakhir, setelah upacara penghormatan terakhir yang diadakan Partai Kongres Nasional Afrika (ANC) dan kemudian militer. Warga Thembu akan memimpin prosesi upacara pemakaman.
Prosesi itu sudah diawali oleh cucu Mandela, Mandla Mandela, yang mendapat kepercayaan untuk mendampingi jenazah Mandela yang diterbangkan dengan pesawat militer C130 dan dikawal dua jet tempur dalam perjalanan panjang menuju Qunu. Mengenakan busana adat, ia berbicara di hadapan jenazah sang kakek, dengan mengatakan saatnya sang kakek beristirahat dengan tenang.
Diperkirakan 4.000 - 5.000 orang, termasuk di antaranya para presiden dari negara-negara Afrika, para perdana menteri, akan menghadiri acara pemakaman Mandela. Beberapa nama yang dipastikan hadir di antaranya Pangeran Wales dari Inggris, Wakil Presiden Iran, dan tokoh hak asasi manusia Amerika Serikat Jesse Jackson.
Teka-teki tentang kehadiran Uskup Agung Emiritus Desmond Tutu, yang sebelumnya menyatakan tidak hadir karena tidak diundang, terjawab sudah. BBC melaporkan, Pemerintah Afrika Selatan menyatakan nama sobat kental Mandela itu tercantum dalam daftar tamu undangan.
Kericuhan
Mandela meninggal pada 5 Desember lalu pada usia 95 tahun.
Para pejabat mengatakan sekitar 100.000 orang melayat jenazah Mandela selama tiga hari disemayamkan di gedung pemerintah Union Buildings di Pretoria.
Wartawan VOA mengatakan polisi kesulitan mengendalikan massa hari Jumat (13/12), karena sebagian pelayat berusaha mendobrak barikade polisi sebelum jam melayat akan berakhir. Sebagian pelayat terjatuh dalam aksi desak-desakan itu sebelum ketertiban pulih.
Pelayat itu mulai antre sejak pukul 03.00 dini hari waktu setempat hari Jumat. (CNN, BBC, VOA)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...