Pemberontak Mau Membersihkan Libya dari Ekstrimis
TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM – Kelompok pemberontak Libya yang dipimpin pensiunan jenderal Khalifa Haftar menyatakan bahwa pihaknya ingin membersihkan Libya dari Ikhwanul Muslimin dan radikal Islam lainnya.
Sementara itu, hari Selasa (20/5) komandan pasukan khusus Libya menyatakan bergabung dengan kelompok pemberontak itu. "Kami dengan Haftar," kata komandan pasukan itu,Kolonel Wanis Abu Khamada, di kota timur Benghazi. Pada siaran langsung itu dia mengumumkan pasukannya akan bergabung dalam "Operasi Dignity" atau Al Karama yang berarti Operasi Martabat.
Sebuah kelompok yang memiliki hubungan dekat dengan Ikhwanul Muslimin di Libya mengecam kelompok tersebut dan menyebutnya sebagai serangan terhadap "legitimasi kotak suara."
Jenderal purnawirawan Khalifa Haftar melancarkan serangan anti-Islam di Tripoli dan Benghazi pada hari Jumat, dan menyebabkan 70 orang meninggal. Dia bersumpah membersihkan Libya dari Ikhwanul Muslimin dan radikal Islam lainnya.
Haftar menyalahkan Ikhwanul Muslimin karena pelanggaran hukum yang meluas di negara itu. Dia mengatakan kepada surat kabar setempat, Al-Sharq Al –Awsat, telah menangkap 40 orang yang diduga membantu dan memberikan paspor palsu kepada Ikhwanul Muslimin.
“Operasi Al - Karama diluncurkan karena Ikhwanul Muslimin di Mesir adalah kekuatan pendorong di belakang ekstrimis di Libya," kata Haftar. "Ini membuka mata warga Libya.”
Haftar mengatakan serangan itu direncanakan selama dua tahun. Ini dimulai di kota timur Benghazi pada hari Jumat dan meluas ke Tripoli di mana Kongres Nasional Umum atau parlemen diduduki pada hari Minggu .
Perpecahan Libya
Kepala staf militer Libya mengumumkan komitmennya untuk melestarikan persatuan Libya, dan menyatakan peristiwa serangan terbaru itu mendorong perpecahan dalam negeri.
Kelompok yang dekat dengan Ikhwanul Muslimin menanggapi serangan itu menyatakan akan melawan terhadap apa yang mereka sebut sebagai "pemimpi yang mencoba untuk memenangkan kekuasaan dengan tank."
Wanis Bukhamada mengatakan bahwa pasukannya telah bergabung dengan pemberontakan Khalifa Haftar, dan ingin membersihkan negara Afrika Utara itu dari militan Islamis.
Pasukan khusus adalah tentara terbaik yang baru dilatih di Libya. Mereka telah dikerahkan sejak tahun lalu di Benghazi untuk membantu membendung gelombang bom mobil dan pembunuhan, tetapi menghadapi kegiatan milisi Islamis bersenjata berat yang berkeliaran di sekitar kota.
Selain itu, pasukan di sebuah pangkalan udara di Tobruk, di Libya timur jauh juga mengatakan telah bergabung dengan pasukan Haftar. Personel di sana menyatakan ingin melawan "ekstrimis." Pernyataan resmi menyebutkan, "Pangkalan angkatan udara Tobruk akan bergabung dengan tentara di bawah komando Jenderal Qassim Khalifa Haftar.” Staf di pangkalan udara itu menyatakan keaslian pernyataan itu.
Sejak berakhirnya kekuasaan tunggal Moamar Gaddafi , milisi saingan utama dan mantan pemberontak telah menjadi calo kekuasaan dalam politik Libya.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...