Pemberontak Suriah: Kekhalifahan ISIL Tidak Sah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM – Pemberontak Suriah, meliputi beberapa faksi Islamis, pada Senin (30/6) mengatakan pembentukan khalifah oleh Islamic State (IS) “tidak sah dan tidak berlaku.”
“Kami menganggap pengumuman khalifah oleh para rejectionists itu tidak sah dan tidak berlaku, secara hukum dan secara logika,” kata beberapa kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan, menggunakan istilah yang mengacu pada ekstremis Islamic State. IS dahulu dikenal sebagai ISIL (Islamic State of Iraq and Levant atau Islamic State of Iraq and Syria)
Beberapa dari faksi tersebut di antaranya meliputi Islamic Front, koalisi pemberontak terbesar Suriah, dan Majlis Shura Mujahideen al-Sharqiya, aliansi meliputi Al-Nusra Front yang berafiliasi dengan Al Qaeda.
Pernyataan yang ditandatangani oleh badan-badan keagamaan dari masing-masing kelompok pemberontak itu, mengatakan bahwa pengumuman dari Islamic State “tidak mengubah apa pun dalam hal bagaimana kami memandang mereka, atau bagaimana kami akan berurusan dengan mereka.”
Semua yang menandatangani pernyataan itu memerangi IS – yang sebelumnya diketahui sebagai Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) – sejak Januari.
Pemberontak Suriah awalnya menyambut IS dalam jajaran mereka dalam upaya untuk menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad, namun mereka berbalik melawan kelompok jihadis tersebut karena pelanggaran sistemiknya dan upayanya untuk mendominasi kekuasaan.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Islamic State mendeklarasikan “kekhalifahan” di Irak dan Suriah, menyatakan pimpinannya Abu Bakr al-Baghdadi sebagai “khalifah” dan “pemimpin semua Muslim di mana pun.”
AS: Tidak Miliki Arti
Amerika Serikat pada Senin mengatakan bahwa deklarasi “khalifah Islam” oleh militan Sunni di teritorial yang mereka rebut di Irak dan Suriah “tidak memiliki arti.”
“Kami menganggap jenis kata-kata ini digunakan ISIL sebelumnya,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki kepada para wartawan, mengacu pada militan Islamic State of Iraq and the Levant.
“Deklarasi ini tidak memiliki arti bagi masyarakat di Irak dan Suriah,” ujarnya, menambahkan bahwa para militan tersebut, yang saat ini berganti nama menjadi kelompok Islamic State – hanya berusaha “untuk mengontrol masyarakat dengan ketakutan.”
Gedung Putih mengatakan para jihadis yang memelopori serangan di Irak melakukan “kampanye teror berupa tindakan kekerasan dan ideologi represif yang menimbulkan ancaman besar bagi masa depan Irak.”
“ISIL tidak berjuang untuk Irak yang lebih kuat. ISIL berjuang untuk menghancurkan Irak. Dan itulah kenapa Anda telah melihat pemerintahan ini bekerja sama dengan para pemimpin politik Irak untuk mendorong mereka menyatukan negara saat menghadapi ancaman yang nyata,” ujar juru bicara Josh Earnest.
Dengan parlemen Irak yang akan menggelar sesi pembukaannya pada Selasa, Psaki mengatakan Washington “terus mendesak para pemimpin Irak untuk mencapai kesepakatan mengenai jabatan-jabatan penting yang merupakan kunci” untuk pembentukan pemerintahan baru.
Para jihadis tersebut, dalam rekaman suara yang dirilis online pada Minggu, mengatakan kekhalifahan mereka akan menyebar dari Aleppo di Suriah utara hingga Diyala di Irak timur, dan memerintahkan Muslim di seluruh area tersebut untuk “mematuhi” dan setia kepada pemimpin baru mereka.
Islamic State Tutup Akses ke Kota Raqa
Aktivis di Raqa, yang dikuasai kelompok radikal Islamic State (IS), pada Senin mengatakan bahwa grup tersebut telah menutup akses kota di Suriah itu dan melakukan pengiriman senjata baru, termasuk rudal dari Irak.
“Semua jalan masuk dan keluar kota Raqa ditutup. Tidak ada seorang pun yang bisa masuk atau meninggalkan Raqa saat ini,” ujar aktivis Hadi Salameh, berbicara kepada AFP via Internet.
“Mereka juga membawa masuk rudal,” kata aktivis tersebut, menggunakan nama samaran untuk melindungi identitasnya.
Gambar yang dikirim kepada AFP oleh Salameh menunjukkan rudal besar yang dipasang di bagian belakang sebuah kendaraan militer di kota Suriah utara pada siang hari.
Observatorium HAM Suriah juga melaporkan arus masuk senjata.
Direkturnya, Rami Abdel Rahman, mengatakan: “Islamic State membawa masuk senjata berat dari Irak ke Raqa setiap hari. Kelompok tersebut memiliki semua komponen dari sebuah negara kecuali angkatan udara.”
Aktivis lain di Raqa, Abu Ibrahim, mengunggah beberapa gambar ke laman Facebook yang menunjukkan rudal, dan mengklaim bahwa grup tersebut memamerkan senapan mesin berat serta tank-tank, beberapa kendaraan lapis baja, Humvees buatan AS dan meriam artileri.
Laporan itu muncul sehari setelah kelompok jihadis itu mengumumkan pembentukan sebuah “khalifah” yang dipimpin oleh pimpinannya Abu Bakr al-Baghdadi, yang disebut sebagai “khalifah Ibrahim.”
Khalifah adalah sistem kekuasaan Islam yang sudah ditinggalkan setelah hancurnya kekaisaran Ottoman hampir 100 tahun lalu. (AFP)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...