Pemeluk Agama Tak Sama dengan Pendukung Bola
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Tokoh Katolik Indonesia asal Jerman yang juga dikenal sebagai budayawan, Franz Magnis Suseno mengatakan, pemeluk agama bukan lah seperti pendukung klub sepak bola yang fanatik.
Pemeluk agama sesungguhnya juga bukan anggota partai politik yang memiliki sentimen tinggi dengan anggota partai yang lain.
Pemeluk agama yang fanatik justru membuka peluang pihak luar untuk memecah belah negara. Konflik-konflik intoleransi yang besar juga dapat timbul akibat fanatisme yang mengakar.
"Intoleransi bisa diatasi kalau kita mau saling menerima dan saling kenal. Sebaiknya di Indonesia, tindakan intoleran ini jangan diizinkan," ujar Magnis saat dialog antarumat beragama di Aula Gereja Salib Suci, Jalan Tugu Raya, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (30/8).
Akibat fanatisme yang tinggi, Magnis menilai pemeluk agama justru melakukan hal-hal yang kurang rasional seperti melakukan pembangunan besar-besaran agar diakui.
"Nggak perlu bangun gereja yang mentereng. Saya juga nggak mengerti mengapa orang bangun patung-patung yang megah tanpa guna. Untuk apa itu?" Ujar mantan Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara itu.
Persatuan Indonesia menurutnya justru muncul kalau penganut agama satu sama lain saling menghargai dan memakhlumi, bukan bersaing siapa yang lebih 'tampak'. Dalam lingkaran negara Indonesia, orang dengan beragam agama harus lebur menhadi satu menjunjung tinggi janji kesatuan dan persatuan seperti yang tertuang dalam Pancasila.
"Karena bangsa ini saling menjanji untuk saling menerima. Oranh boleh 100 persen memeluk agamanya, tapi mereka tetap Indonesia," ujar Magnis.
Magnis berharap ke depan, kesediaan antarmanusia untuk saling menerima itu terus ada, asal dikuatkan dengan jalinan komunikasi.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Banjir dan Longsor Melanda Soppeng, Sulawesi Selatan, Satu O...
MAKASSAR, SATUHARAPAN.COM- Banjir melanda Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, pada hari Sa...