Pemerintah Menetapkan 10 Juli Awal Ramadhan 1434H
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan awal Ramadhan 1434H jatuh pada hari Rabu (10/7). Keputusan Pemerintah ini sesuai hasil Sidang Itsbat awal Ramadhan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama malam ini (8/7) di Jakarta. Sidang Itsbat awal Ramadhan ini diikuti seluruh Ormas Islam, DPR, MUI, LIPI, dan Ahli Observatorim Bosca.
Sebelumnya, Wakil Menteri Agama (Wamenag), Nasaruddin Umar mengatakan bahwa masalah penetapan awal ramadhan bukan hanya masalah sains tetapi juga masalah agama.
Wamenag menjelaskan bahwa otoritas tunggal itu ada pada Pemerintah selaku Ulil Amri. Batas wilayahnya pun jelas, yaitu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengadopsi siapa-siapa, baik Arab Saudi, Mesir, atau negara Muslim lainnya.
"Indonesia dengan Arab Saudi itu sangat jauh," kata Wamenag.
"Bahkan Saudi Arabia pernah melarang, Indonesia tidak boleh ikut-ikutan kami, karena geografis Anda sangat berjauhan dengan kami. 'Anda berdasarkan posisi hilal Anda masing-masing'," ujar Wamenag, yang dilansir dari situs resmi kemenag.
Menurut Muhammadiyah
Sebelumnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah memutuskan 1 Ramadhan 1434H akan jatuh pada Selasa, 9 Juli 2013. Keputusan awal puasa ini disampaikan oleh wakil ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah Oman Faturohman dalam konferensi pers didampingi ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yunahar Ilyas dan Haedar Nashir di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jl Cik Di Tiro, Yogyakarta, Kamis (13/6).
Anggota Lembaga Tarjih Muhammadiyah, Agus Purwanto, menjelaskan bahwa Muhammadiyah menggunakan metode hisab dengan menggunakan kriteria ijtima’ qablal ghurub.
"Sepanjang konjungsi (posisi bulan di tengah antara matahari dan bumi itu berada pada satu garis astronomi) itu terjadi sebelum magrib, maka begitu masuk magrib, itu adalah tanggal baru," terang Agus.
Agus mengusulkan kepada Pemerintah agar juga mensosialisasikan penetapan awal Ramadlan bagi mereka yang berpegang pada metode hisab. "Tidak harus selalu menunggu hasil sidang itsbat," kata Agus.
Menurut NU
Sementara itu, pihak Nahdlatul Ulama (NU) sebelumnya memprediksi awal Ramadhan 1434H akan jatuh pada hari Rabu 10 Juli 2013. Namun kepastian awal bulan Ramadhan ditetapkan melalui rukyat pada Senin ini. Prediksi ini berdasarkan hasil penyerasian berbagai metode hisab, demikian sesuai laporan NU melalui laman resminya.
“Meski menurut prediksi hisab Lajnah Falakiyah PBNU menyatakan bahwa awal Ramadhan 1434H jatuh pada tanggal 10 Juli 2013, tetapi itu sebatas prediksi. NU tetap menggunakan metode rukyatul hilal atau pengamatan hilal sebagai dasar penentu awal Ramadhan 1434H,” kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A. Ghazali Masroeri di Jakarta, Sabtu (6/7).
Terlepas dari perbedaan kriteria yang ada, Wamenag menghendaki adanya persatuan penetapan awal ramadhan dengan kriteria yang lebih memadai, otoritas tunggal, dan sesuai wilayahnya.
"Shumu li ru’yati (berpuasalah kamu karena melihat hilal) itu bukan hanya persoalan sains, tapi juga persoalan agama," kata Wamenag.
Editor : Yan Chrisna
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...