Pemerintah Tiongkok Makin Curiga Pengaruh Kekristenan
SATUHARAPAN.COM – Pesatnya pertumbuhan kekristenan di Tiongkok terus menerus ditanggapi dengan kecurigaan. Kasus terakhir, seorang pendeta Kristen ditahan pihak berwenang Tiongkok dengan tuduhan sebagai pendeta gadungan.
Kini kasusnya diambil oleh firma hukum yang berbasis di Beijing. Yayasan amal untuk kebebasan beragama China Aid melaporkan.
Shen Fuchu, 73, yang memimpin sebuah gereja di Shanghai, ditahan selama 10 hari oleh pihak berwenang di Qiqihar, Provinsi Heilongjiang, pada September tahun lalu. Dia ditahan karena mengunjungi gereja rumah di kota dan mengumpulkan lebih dari 70 orang di rumah seorang Kristen lokal. Polisi menggerebek pertemuan itu, menyita lebih dari 65.000 Yuan (Rp 134 juta) yang diberikan kepada Shen dan pemimpin gereja lain untuk menutupi biaya perjalanan. Pemerintah Tiongkok mengklaim Shen sebagai pendeta itu palsu karena dia tidak melayani di gereja yang terdaftar dengan pemerintah Tiongkok.
Saat dalam tahanan, barang-barang pribadi Shen disita dan ia didenda.
Firma Hukum Beijing Gongxin akan mewakili Shen menggugat pemerintah Tiongkok. Firma Gongxin mengklaim bahwa kasusnya ditangani secara tidak sah. Sebuah dokumen menguraikan gugatan mengatakan bahwa ia diancam saat dilakukan penyelidikan. Shen juga tidak diizinkan untuk istirahat, makan, atau minum.
Dokumen tersebut juga mencatat bahwa konstitusi Tiongkok menjamin kebebasan beragama atau berkeyakinan. Menurut konstitusi Tiongkok, Shen maupun teman-temannya dianggap melanggar hukum atau peraturan.
Pengacara Li Baiguang dan Liu Peifu yang menangani kasus tersebut juga membela dua Nasrani lainnya, Zhang Jun dan Chen Wu dari Guiyang di Guizhou. Keduanya memprotes penutupan dua bangunan yang digunakan untuk pertemuan gereja.
Partai Komunis di Tiongkok diyakini menjadi makin lebih curiga terhadap pengaruh Kristen, yang mengalami pertumbuhan yang signifikan di negara ini. Hingga saat ini 1.700 gereja telah dihancurkan termasuk salib diturunkan di provinsi Zhejiang. Sejumlah pemimpin gereja dan pengacara mereka telah ditangkap dan ditahan.
Curiga
Kekristenan di Tiongkok memang tumbuh pesat. Terutama kekristenan evangelikal. Saat kekristenan evangelikal tumbuh pesat, para pejabat takut itu bisa merongrong otoritas mereka. Sebab, saat ini jumlah orang Kristen bisa melebihi anggota Partai Komunis. Yang memiliki implikasi luas baik untuk masyarakat Tiongkok dan partai. Di Tiongkok, anggota partai tidak boleh orang Kristen.
Memang, lebih dari setengah dari orang Kristen Protestan Tiongkok menghadiri “gereja rumah” yang ilegal yang bertemu secara pribadi. Sisanya pergi ke salah satu gereja Protestan Tiongkok—yang resmi disetujui pemerintah. Namun dalam satu tahun terakhir pemerintah telah menyerang dan bahkan menghancurkan gereja-gereja Protestan resmi, maupun yang tidak resmi.
Memang, penganiayaan terhadap orang-orang Kristen bukanlah hal yang baru di Tiongkok. Yang berbeda sekarang adalah seberapa luas dan sistematis penindasan mereka. Dan, kini negara—untuk pertama kalinya—menyerang gereja-gereja resmi. Yang pasti, itu jelas pada musim panas 2014 lalu Presiden Tiongkok Xi Jinping sedang melakukan tekanan keras kepada masyarakat sipil secara umum—seniman, pengacara, akademikus, serta orang-orang Kristen—untuk menegaskan pemikiran dan aturan ortodoks dari Partai Komunis.
“Partai tidak puas hanya membatasi orang orang-orang dalam satu aturan besar,” kata seorang pengacara. “Mereka benar-benar ingin mengindoktrinasi.” (Christian Today)
Baca juga:
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...