Pemilik Pabrik Runtuh Bangladesh Hadapi Dakwaan Pembunuhan
DHAKA, SATUHARAPAN.COM Pemilik gedung sembilan lantai yang runtuh dan menewaskan 1.135 buruh pabrik garmen Bangladesh pada April tahun lalu menghadapi tuduhan pembunuhan, kata pihak kepolisian, Selasa (15/4).
Sohel Rana, pemilik kompleks pabrik Rana Plaza di pinggiran ibu kota Dhaka, merupakan salah satu dari 40 orang yang didakwa dalam kaitannya dengan bencana tersebut, kata penyidik Bijoy Krishna Kar.
Kami berencana untuk mengajukan tuntutan pembunuhan terhadap Sohel Rana dan beberapa terdakwa lainnya, ujar Kar dari Criminal Investigation Department (CID) kepolisian Bangladesh kepada AFP, menambahkan bahwa jika terbukti bersalah, Rana akan dijatuhi hukuman mati.
Ini pertama kalinya polisi mengatakan bahwa mereka akan mengajukan tuduhan pembunuhan terhadap Rana, yang ditangkap di perbatasan barat dengan India saat dia berusaha untuk melarikan diri dari negara tersebut beberapa hari setelah bencana pada 24 April.
Rana, seorang pejabat senior di partai Awami League, menjadi musuh nomor satu masyarakat di negara tersebut setelah para korban menceritakan bagaimana ribuan orang dari mereka dipaksa untuk masuk ke kompleks tersebut di awal hari bekerja meski ada komplain mengenai retakan pada dinding gedung.
Salah seorang yang juga diperkirakan akan didakwa adalah ayah Rana, salah satu pemilik bangunan, dan lima bos pabrik garmen yang beroperasi di dalam kompleks tersebut, yang juga membantah adanya keretakan di bagian dinding bangunan.
Lima orang tersebut salah satunya adalah David Mayor, warga Spanyol yang berada di luar negeri saat insiden tersebut terjadi, kata Habibur Rahman, penyidik CIA lainnya.
Pabrik Runtuh
Setelah protes rusuh sehubungan dengan ambruknya sebuah gedung pada Rabu (24/4/2013), yang sejauh ini menewaskan 332 orang, dua dari lima pemilik pabrik pakaian jadi yang berada di bangunan yang ambruk di Bangladesh ditangkap pada Sabtu pagi.
Kedua orang tersebut menyerahkan diri kepada detektif beberapa jam setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina Wajeed dalam pertemuan larut malam pada Jumat dengan para pemimpin Perhimpunan Eksporter dan Pabrik Pakaian Bangladesh (BGMEA) dan Perhimpunan Eksporter dan Pabrik Rajutan Bangladesh (BKMEA) mengatakan akan bertindak tegas terhadap para pemilik jika mereka tidak menyerahkan diri kepada polisi.
"Kami telah meminta Mahbubur Rahman Tapas dan Bazlul Samad Adnan, pemilik New Weave Bottoms dan New Weave Sytle, agar menyerahkan diri kepada kami saat mereka menyerahkan diri di gedung BGMEA pada Sabtu dini hari," kata seorang pejabat Cabang Detektif kepada Xinhua, Sabtu pagi.
Pejabat tersebut, yang memilih tak disebutkan jati dirinya, mengatakan mereka sedang mencari pemilik tiga pabrik lain dan pemilik bangunan itu, demikian laporan Xinhua.
Pemilik gedung tersebut, Sohel Rana, menyembunyikan diri tak lama setelah diselamatkan dari reruntuhan bangun delapan lantai yang ambruk.
Karena terdorong oleh pemilik gedung, pemilik lima pabrik diduga memaksa pegawai mereka untuk bekerja pada Rabu, sekalipun beberapa retakan ditemukan pada Selasa.
Dalam tindakan yang kelihatan untuk memadamkan kerusuhan yang berlangsung di kalangan pekerja yang menuntut hukuman berat bagi para pemilik bangunan dan pabrik, sektor pakaian jadi di Bangladesh, Jumat (26/4), mengumumkan penutupan semua pabrik di seluruh negeri itu pada Sabtu dan Ahad.
Beberapa jam setelah pengumuman tersebut dikeluarkan, lebih dari 10 serikat pekerja menyerukan pemogokan dari fajar hingga senja di sektor pakaian jadi pada Minggu.
Kepolisian Bangladesh menahan Abdur Razzak, insinyur yang terlebih dulu memperingatkan gedung berlantai delapan di Savar sudah tak aman.
Sehari setelah dia memberi peringatan, gedung itu runtuh dengan para pekerja di dalamnya.
Reuters melaporkan kepolisian menahan sembilan orang termasuk Razzak sejak bencana itu terjadi pada 24 April.
Jumlah korban meninggal dalam kecelakaan industri terburuk di Bangladesh itu naik menjadi 501 orang pada Jumat (3/5/2013).
Sehari sebelum peristiwa runtuhnya gedung itu, Razzak dipanggil oleh pemilik gedung ke Rana Plaza di Savar, 30 kilometer sebelah utara Dhaka.
Dia dimintai pendapat soal retakan-retakan terlihat di pilar-pilar beton.
Kendati peringatannya bahwa gedung itu tak amandikutip oleh media lokal beberapa jam sebelum runtuhribuan pekerja sebagian besar wanita dibiarkan kerja di pabrik-pabrik yang berada di tingkat lebih atas ketika giliran kerja pagi mulai hari berikutnya.
Kepolisian menyatakan Razzak ditahan karena dia terlibat dalam pembangunan asli gedung itu.
Sekitar 3.000 orang berada di kompleks bangunan itu, yang dibangun di atas tanah rawa, ketika runtuh. Sekitar 2.500 orang telah diselamatkan, banyak yang luka-luka tetapi banyak lagi yang belum diketahui. Pemilik gedung itu, Mohammed Sohel Rana, ayahnya, empat pemilik pabrik dan si insinyur telah ditahan. (Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...