PM Rusia: Ukraina di Ambang Perang Saudara
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM –Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev pada Selasa (15/4) mengatakan Ukraina saat ini berada di ambang perang saudara saat pihak berwenang Kiev melancarkan operasi militer terhadap para gerilyawan pro-Kremlin di wilayah separatis di timur.
“Singkat saja: Ukraina kini berada di ambang perang saudara, ini hal yang mengerikan,” kata mantan presiden Rusia itu seperti dikutip kantor-kantor berita Rusia.
Medvedev menyatakan harapan bahwa “pihak-pihak berwenang” akan memiliki akal sehat dan tidak membiarkan kekacauan parah terjadi.
Rusia tidak mengakui keabsahan pemerintahan Kiev pro-Barat, yang maju berkuasa setelah berlangsungnya pemberontakan besar-besaran hingga menggulingkan presiden Ukraina yang didukung Moskow, Viktor Yanukovych.
Medvedev, yang presiden Rusia antara tahun 2008 hingga 2012 dan turun dari jabatan hingga membuka jalan bagi Vladimir Putin kembali ke Kremlin untuk periode ketiga kalinya, juga mempermasalahkan permintaan Ukraina untuk membawa pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa guna membantu menurunkan ketegangan.
“Menurut aturannya, keberadaan pasukan pemelihara perdamaian (PBB) sayangnya tidak menyelesaikan masalah apa pun, hanya membekukan masalah,” katanya seperti dikutip setelah dirinya melakukan pembicaraan dengan mitra-mitranya dari Belarusia dan Kazakhstan.
Ia juga menekankan desakannya kepada Amerika Serikat dan Uni Eropa agar mereka menindaklanjuti janji-janji bantuan menuju tindakan nyata.
“Semua pihak yang mengatakan bahwa Ukraina perlu dibantu harus melakukan sesuatu untuk Ukraina,” kata Medvedev.
“Maksud saya, mitra-mitra kami di Eropa serta di seberang samudra. Beri mereka (Ukraina) setidaknya satu dolar. Janji-janji yang tidak berkesudahan: kami akan memberikan satu miliar, kami akan mengirimkan lima miliar. Biarkan mereka memberi sesuatu (bagi Ukraina).”
Secara kontras, Rusia telah memberikan subsidi dalam hal pasokan gas ke Ukraina, yang diperkirakan Medvedev telah membantu Ukraina menghemat sekitar 100 miliar dolar sejak Kiev mendapatkan kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991.
Mitranya dari Belarus, Mikhail Myasnikovich, mengatakan Ukraina akan bisa menyelesaikan sendiri masalahnya. “Kami meyakini bahwa mereka (Ukraina) akan menanganinya secara independen dan menyelesaikan tugas-tugas berat yang saat ini dihadapi negara itu,” katanya.
Barisan Kendaraan Lapis Baja Ukraina Ditempatkan di Kota Slavyansk
Barisan kendaraan lapis baja dan bus sarat pasukan khusus Ukraina pada Selasa ditempatkan di sebelah timur kota Slavyansk tempat kelompok bersenjata pro-Kremlin menduduki gedung-gedung pemerintah.
Seorang wartawan AFP mengatakan barisan yang terdiri dari 20 tank dan kendaraan lapis baja pengangkut personel yang diposisikan di Izyum, sekitar 40 km sebelah utara kota itu dan mengibarkan bendera Ukraina.
Konvoi itu meliputi tujuh bus yang dipenuhi sekitar 100 pasukan khusus dan terjun payung yang mendirikan sebuah pos pemeriksaan di jalan itu dan memeriksa semua kendaraan yang menuju Slavyansk.
Para pemimpin Ukraina yang didukung Barat pada Selasa dini hari mengumumkan pelaksanaan “operasi anti-teroris berskala besar” di wilayah pemberontak tersebut.
Seorang sumber di kementerian dalam negeri Ukraina mengatakan sebuah unit dari Garda Nasional yang baru terbentuk saat ini ditempatkan di wilayah sekitar Slavyansk.
“Tindakan kami bertujuan melindungi negara kami dan memelihara perdamaian,” ujar pasukan terjun payung yang namanya enggan disebutkan.
“Kami tidak takut. Semuanya akan dilakukan untuk membuat orang-orang tersebut meletakkan senjatanya.”
Para militan bersenjatakan senapan Kalashnikov menduduki kantor kepolisian Slavyansk pada Sabtu lalu menduduki gedung dinas keamanan regionalnya.
Salah satu pemimpin pemberontak menyerukan kepada Presiden Putin untuk mengirimkan pasukan ke wilayah tersebut guna melindungi mereka dari kekuasaan Kiev.
AS Puji Upaya Pasukan Pemerintah di Ukraina Timur
Gedung Putih pada Selasa mengatakan bahwa Ukraina menghadapi situasi yang “tidak dapat dipertahankan” atas pemberontakan separatis di timur negara itu dan menggambarkan operasi militernya melawan militan pro-Rusia sebagai sesuatu yang “terukur”.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengimbau semua pihak menahan diri dan “berhati-hati”, namun mengatakan bahwa pemerintah Ukraina “bertanggung jawab” untuk melindungi hukum dan ketertiban.
Pemimpin Ukraina pada Selasa mengirim tank dan pasukan ke kota bergejolak Slavyansk, sebagai tanggapan atas pendudukan bangunan pemerintah oleh aktivis yang mendukung Rusia.
Pasukan Ukraina membuat penghalang jalan dan mulai memeriksa lalu lintas menuju Slavyansk, sebuah kota industri berpenduduk 100.000 orang yang telah dikontrol separatis sejak Sabtu.
Pada Senin, Presiden Barack Obama mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menekan kelompok-kelompok pro-Rusia di Ukraina agar meletakkan senjata mereka dalam percakapan telepon yang diminta oleh Moskow.
Jerman Tuntut Rusia “Jauhkan Diri” dari Kekerasan di Ukraina
Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel pada Selasa menyerukan kepada Rusia untuk secara terbuka dan secara jelas “menjauhkan diri” dari semua kekerasan yang dilakukan milisi pro-Moskow di Ukraina timur.
“Saya mendengar dan membaca bahwa pemerintah Rusia membantah bertanggung jawab” atas kekerasan tersebut, ujar Gabriel, yang juga menjabat sebagai menteri perekonomian dan energi.
Namun dia mengatakan ada “berbagai macam indikasi bahwa pihaknya terlibat,” sehari setelah Berlin merujuk seragam dan senjata bergaya Rusia yang digunakan militan.
Jika Moskow betul-betul tidak memainkan peran dalam pendudukan gedung pemerintah oleh militan, katanya, “maka setidaknya diharapkan bahwa pihaknya menjauhkan diri” dari tindakan mereka.
“Kami menyerukan (kepada Moskow) untuk secara jelas menjauhkan diri dari aksi kekerasan di Ukraina timur, dalam sebuah cara agar semua pihak memahami sehingga mereka tidak bisa mengklaim persetujuan dari Moskow.”
Partai Sosial Demokrat menekankan bahwa “tak ada pihak yang menginginkan sanksi ekonomi” terhadap Rusia namun memperingatkan bahwa “Rusia perlu menyadari bahwa Jerman dan Eropa siap” untuk menjatuhkan sanksi itu.
Rusia: Tindakan “Kriminal” dari Ukraina Bisa Rusak Pembicaraan
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa memperingatkan Kiev atas penggunaan kekuatan untuk meredam pemberontak pro-Moskow di Ukraina timur, dengan mengatakan tindakan “kriminal” hanya akan merusak rencana pembicaraan di Jenewa.
“Salah satu pihak tidak bisa menyampaikan undangan untuk pembicaraan sementara di saat yang sama mengeluarkan perintah kriminal untuk penggunaan kekuatan militer terhadap warga di wilayah itu,” katanya dalam sebuah kunjungan di Beijing.
“Anda tidak bisa mengirimkan tank dan di saat yang sama mengadakan pembicaraan, dan penggunaan kekuatan tersebut akan merusak peluang yang ditawarkan negosiasi empat pihak di Jenewa,” katanya.
Diplomat tinggi dari Rusia, Ukraina, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa dijadwalkan akan menggelar pertemuan empat arah pada Kamis di Jenewa, langkah terbaru dalam sebuah kesibukan diplomasi yang bertujuan untuk meredakan krisis keamanan Eropa terburuk dalam beberapa dekade.
Asisten Menteri Luar Negeri AS Victoria Nuland sebelumnya menepis ekspektasi AS untuk KTT tersebut, walaupun dia menyatakan “sangat penting membiarkan peluang diplomatik tetap terbuka dan akan melihat apa yang mereka bawa.”
Dalam pernyataan keras dalam sebuah konferensi pers gabungan bersama mitra Tiongkoknya Wang Yi, Lavrov menuduh Kiev “menyebarkan kebohongan” bahwa Rusia mengerahkan pasukan pro-Moskow ke wilayah tenggara Ukraina. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...