Pemilu 2014, Komnas Perempuan: Kampanye JITU untuk Pemilih Cerdas dan Bersih
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menggalakkan sebuah kampanye pemilih cerdas dan bersih yang dikenal dengan komunitas pemilih JITU (Kampanye JITU).
JITU merupakan akronim dari Jeli, Inisiatif, Toleran, dan Ukur. Komnas Perempuan mengadopsi keempat istilah itu sebagai upaya menarik perhatian publik agar peduli pada pemilihan umum (pemilu). Kampanye itu sendiri mulai dilakukan sejak tahun 2009.
Menjelang pemilu yang sedianya dilaksanakan mulai April 2014, Komnas Perempuan kembali melakukan Kampanye JITU yang salah satunya disampaikan pada acara temu nasional kebangsaan dengan tema “Mendorong Komitmen Pemimpin Bangsa Hasil Pemilu Tahun 2014”, pada Selasa (25/2) hingga (27/2) di Grand Cempaka Hotel, Jakarta Pusat.
Komisioner Komnas Perempuan Andy Yentriyani mengatakan pada Selasa (25/2), “kita mau menggunakan forum bersama ini untuk mengulang komitmen menjadi pemilih yang turut serta mendesain arah negerinya.”
Jeli Meneliti Caleg
Salah satu komponen JITU adalah jeli.
Komponen itu hendak mengajak pemilih untuk meneliti semua calon legislator (caleg) yang ada di wilayah pemilih. Pemilih diimbau untuk memastikan komitmen dan kontribusi nyata para caleg dalam membangun daerah.
Pemilih juga diajak untuk memastikan caleg memiliki visi untuk merealisasikan cita-cita bangsa seperti kesejahteraan rakyat, akses pendidikan, kesehatan, dan layanan publik untuk semua.
Yang terakhir, komponen jeli ingin mengajak pemilih untuk memastikan caleg yang akan dipilih memiliki visi untuk mendukung penegakan hak asasi manusia (HAM), termasuk perlindungan dari segala bentuk diskriminasi terhadap semua warga negara. Warga negara di sini termasuk di dalamnya adalah golongan minoritas, kaum miskin dan terpinggirkan, serta perempuan.
Inisiatif Mencari Tahu
Komponen kedua dari JITU adalah inisiatif.
Pemilih diajak untuk berinisiatif mencari tahu visi dan misi caleg. Pemilih juga diminta untuk berinisiatif mempertanyakan program-program yang akan dikedepankan oleh caleg jika terpilih nanti.
Komponen ini mengimbau pemilih untuk memastikan caleg yang akan dipilih adalah pemimpin yang mau mendengarkan usulan rakyat dengan serius dan tanpa diskriminasi serta terampil merumuskan kebijakan tanpa mengabaikan keberagaman masyarakat. Caleg yang dipilih diharapkan juga merupakan pemimpin yang terbuka dengan kritik serta mampu membangun kerja sama lintas golongan dan sektor demi penyelesaian masalah-masalah besar bangsa.
Toleran pada Keberagaman
Komponen ketiga ini, toleran, hendak meningkatkan kesadaran pemilih untuk memilih caleg yang mampu menghargai dan aktif memelihara kebhinekaan Indonesia yang terdiri aras suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda.
Pemilih diajak untuk tidak mendukung (apalagi menjadi pelaku) kekerasan, baik di dalam kehidupan pribadi, dalam hubungan kerja, maupun dalam berbagai aspek khidupan bermasyarakat.
Ukur secara Objektif
Komponen terakhir ini, ukur, ingin mengingatkan pemilih agar senantiasa waspada pada program yang ditawarkan oleh caleg. Pemilih diminta untuk memeriksa program yang ditawarkan secara objektif dan memastikan program-program itu mampu menjawab persoalan-persoalan yang nyata di masyarakat, bukan sekadar pencitraan.
Komponen ini juga ingin mengingatkan pemilih untuk menjauhkan diri dari permainan politik identitas.
Jika caleg yang disukai pemilih terpilih, maka pemilih diimbau untuk terus mengawasi kinerja legislator terpilih itu agar kepemimpinannya benar-benar memberi manfaat pada kehidupan bangsa.
Golput: Peluang Bagi Pejabat Busuk
Dalam Kampanye JITU yang disampaikan pada acara temu nasional kebangsaan itu, Andy mengimbau peserta yang hadir untuk bersinergi bersama Komnas Perempuan dan berbagai jaringan untuk terus mengkampanyekan pemilu bersih.
Ia mengapresiasi berbagai simpul jaringan di berbagai daerah yang telah melakukan kampanye berbeda namun senapas dengan Kampanye JITU. Ia bahkan lebih lanjut mengundang simpul jaringan yang hadir dalam temu nasional kebangsaan untuk turut membuka booth kampanye selama pelaksanaan temu nasional kebangsaan hingga Kamis (27/2).
Andy mengatakankan, “karena kalau pun 99 persen rakyat Indonesia menolak datang pemilu, dan yang datang ke kotak suara hanya satu persen, maka hanya 1 persen itulah yang akan diperhitungkan.”
“Ayo kita semua terlibat dalam pemilu karena kalau ada pejabat-pejabat busuk, itu adalah karena kita salah pilih. Kalau kita golput (golongan putih), artinya kita membiarkan orang lain memilih orang busuk,” ujar Andy. (Publikasi Kampanye JITU Komnas Perempuan)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...