Pemilu Mesir Diperpanjang
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Setelah hari kedua pemilihan umum jumlah pemilih presiden Mesir hanya sekitar 37 persen, seorang pejabat pemilu mengatakan Selasa, (27/5) setelah pemungutan suara dinyatakan diperpanjang satu hari lagi.
Yel-yel "Al Sisi presiden baru" berkumandang diiringi suara klakson mobil bersahut-sahutan mirip pesta arakan pengantin baru khas Mesir di jalanan.
Kontras dengan pendukung Al Sisi mengusungnya sebagai "Pahlawan", Ikhwanul Muslimin pendukung presiden terguling Mohamed Morsi justru menganggap Al Sisi sebagai "penjahat politik".
Presiden Morsi dilengserkan pada 3 Juli 2013 setelah demo besar 30 Juni 2013 yang didalangi oposisi dukung tentara.
Sejak itu, bintang Jenderal Al Sisi terus bersinar di Mesir dan menjadi idola baru masyarakat pasca penumbangan Morsi.
Pilpres ini hanya berlangsung satu putaran karena hanya diikuti dua Capres, yaitu selain Al Sisi, juga tokoh berhaluan kiri Hamdeen Sabahi.
Menurut pantauan sejumlah pengamat, pilpres pada hari pertama menunjukkan angka rendah pengguna hak suara.
Oleh karena itu, pemerintah meliburkan pegawainya pada hari kedua atau hari terkahir pilpres untuk mendorong masyarakat menggunakan hak suara mereka.
Capres Sabahi telah berulang kali mengingatkan adanya upaya kecurangan untuk menguntungkan Al Sisi.
Sementara itu, tim pemantau independen dari "Gerakan Mesir Baru" dalam laporan awalnya memperkirakan Al Sisi memimpin perolehan suara dari rival politiknya, Capres Hamdeen Sabahi.
"Perhitungan sementara yang dihimpun menunjukkan Al Sisi terdepan," kata Noha Sedki dari Gerakan Mesir Baru.
Dalam pantauannya, Noha menjelaskan, terdapat kawasan-kawasan yang masyarakatnya antusias mencoblos, tapi ada juga kawasan yang menyambut dingin pilpres tersebut.
"Kawasan-kawasan yang menyambut dingin pilpres itu terdapat di basis-basis Ikhwanul Muslimin seperti di Shobra Kheima, Kardasah, Ain Shams dan di Kota Alexandria," katanya.
Di sisi lain, Sameer Sayed Al Nagar, seorang pria lanjut usia bersia 79 tahun menunjukkan rasa kebaganggaannya setelah menggunakan hak pilihnya.
"Saya pilih Jenderal Sisi karena dialah yang menyelamatkan negara kami dari kehancuran," kata Sameer di atas kursi roda yang didorong putrinya sembari menunjukkan bekas celupan tinta di jari telunjuk tanda telah mencoblos.
Pendapat berbeda disampaikan seorang wanita setengah baya berjilbab bernama Raghda Abu Dahab.
"Pemilihan presiden lalu saya memilih Morsi, tapi sekarang saya golput dan menganggap pilpres ini tidak sah sesuai konstitusi 2012," ujar Raghda berapi-api di hadapan sejumlah wartawan asing di Bundaran Tahrir.
Pilpres berlangsung di bawah pengamanan ektra ketat dari tentara dan polisi karena sebelumnya tersebar rumor bakal terjadi kekacauan oleh oposisi anti pemerintah, namun hingga Selasa masih berjalan aman.
Ikhwanul Muslimin yang tergabung dalam "Aliansi Nasional Anti-Kudeta dan Gerakan 6 April memboikot pilpres tersebut. (Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...