Pemilu Myanmar Usai, Kubu Suu Kyi Urung Umumkan Kemenangan

YANGON, SATUHARAPAN.COM - Digadang-gadang akan menang untuk mengakhiri dominasi militer yang telah berlangsung beberapa dekade di Myanmar, kubu Aung San Suu Kyi urung mengumumkan hasil pemilu malam ini, Minggu (8/11), seperti yang sebelumnya mereka janjikan. Namun, kubu tokoh oposisi Myanmar itu  mengatakan kepada para pendukungnya yang berkerumun di luar markas partai itu malam ini di Yangon, hasil Pemilu Myanmar sejauh ini hasilnya "sangat baik."

Tokoh yang bersama Suu Kyi mendirikan partai National Liga National for Democracy (NLD), Tin Oo, mengucapkan terimakasih kepada ribuan pendukung mereka yang menunggu di luar markas NLD,  di mana layar besar didirikan menayangkan  proses perhitungan suara setelah pemungutan suara berakhir pada hari Minggu (8/11)

Dia mengatakan kepada mereka: "Kita belum dapat mengumumkan hasilnya. Apa yang dapat saya katakan adalah NLD dalam posisi yang sangat baik," seperti dilansir oleh kantor berita AP.

Dia mengatakan bahwa Suu Kyi, 70 tahun, tidak akan keluar untuk berbicara kepada orang banyak Minggu malam, dan meminta pendukungnya untuk kembali Senin pagi.

Awalnya, NLD telah mengatakan akan mengumumkan penghitungan sementara pada hari Minggu atau Senin dini hari. Mereka mengandalkan ribuan relawan yang telah disebar ke seluruh negeri untuk melaporkan perhitungan suara. Tapi Tin Oo mengatakan pengumuman akan dilakukan menunggu sampai penghitungan suara resmi selesai.

Komisi Pemilihan Umum Myanmar belum mengatakan kapan hasil akhir akan diumumkan.

Pemungutan suara telah ditutup sesuai dengan jadwal tadi sore, sebuah momen bersejarah bagi Myanmar.

Petugas menutup pintu tempat pemungutan suara yang sudah kosong pada pukul 4:30 sore. Kebanyakan orang telah memberikan suara pada pagi hari, sebelum hujan  lebat turun satu jam sebelum voting berakhir di Yangon.

Pemilu kali ini dipandang sebagai kesempatan nyata pertama bagi mengakarnya demokrasi di Myanmar. Pemilu kali ini diharapkan  dimenangkan oleh partai yang didirikan Aung San Suu Kyi.

Editor : Eben E. Siadari