Pemimpin Anti Islam Jerman Mundur karena Berfoto Ala Hitler
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Di tengah kian naik daunnya unjuk rasa besar-besarn anti Islamisasi Eropa di Jerman setelah Tragedi Charlie Hebdo, salah seorang pemrakarsa unjuk rasa tersebut mengundurkan diri, menyusul foto selfie dirinya yang bergaya seperti Hitler menyebar di media.
Foto Lutz Bachmann, pemimpin PEGIDA, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris berarti Patriotic Eropeans Against the Islamization of the West (Patriotik Eropa menentang Islamisasi Barat), muncul di tabloid Bild Jerman sebagai gambar sampul pada hari Rabu (21/1). Bachmann, yang memiliki catatan kriminal terkait pencurian dan narkoba, muncul dengan kumis dan gaya rambut seperti Adolf Hitler, pemimpin Nazi.
Bachmann mengundurkan diri sebagai ketua PEGIDA seiring dengan munculnya kritik terhadap foto pose dirinya meniru Hitler itu. Disamping itu, foto dirinya yang lain, yang dia posting sendiri dalam jubah Ku Klux Klan dengan judul, "Tiga K per hari membuat minoritas pergi," juga ikut memperparah kritik padanya.
"Saya meminta maaf kepada semua orang yang telah merasa diserang oleh posting online saya. Itu adalah komentar-komentar yang dibuat tanpa refleksi serius, dimana saya tidak lagi berpendapat serupa saat ini. Saya minta maaf telah merusak kepentingan gerakan kami," kata Bachmann di Dresden seperti dikutip oleh CNN.
Meskipun Bachmann telah menghapus akun facebooknya, laman akun itu sempat tertangkap oleh berbagai media. Laman facebook tersebut menunjukkan bahwa foto ala Hitler diposting pada September lalu. Sedangkan foto dirinya berjubah KKK adalah foto tahun 2012.
Bachmann mengatakan kepada Bild, "Aku mengambil foto di salon untuk penerbitan buku audio satir yang berjudul 'He's Back...."
He's Back atau "Er ist wieder da" dalam bahasa Jerman, adalah sebuah satir 2012 terlaris yang didasarkan pada kebangkitan Hitler di era modern tanpa pengetahuan tentang apa yang terjadi di masa Perang Dunia II. Audiobook ini dirilis jauh sebelum September, dan per Januari 2013 dilaporkan telah terjual sampai 75.000 eksemplar.
PEGIDA telah berhasil menyelenggarakan unjuk rasa mingguan anti-Islamisasi di Dresden secara besar-besaran. Polisi memperkirakan bahwa 18.000 orang menghadiri unjuk rasa pada 5 Januari lalu, sementara sekitar 25.000 orang muncul di sebuah unjuk rasa pada 12 Januari.
Senin kemarin unjuk rasa mereka dibatalkan di Dresden dibatalkan setelah polisi membujuk PEGIDA menyusul fatwa ISIS yang menargetkan penyelenggara PEGIDA.
Kanselir Jerman Angela Merkel berulang kali mengimbau warga Jerman untuk tidak ikut bergabung pada unjuk rasa yang diprakarsai PEGIDA. Sejumlah pengamat juga mewanti-wanti agar gerakan itu tidak ditunggangi oleh gerakan neo-Nazi.
Joerg Forbrig, seorang analis Eropa pada German Marshall Fund, AS, mengatakan pesan PEGIDA hanya bergaung di daerah Dresden, sebagai tempat subur bagi ide-ide radikal.
"Protes meerka tidak terutama didorong oleh ketakutan terhadap Islam atau ketakutan pada serangan Islam, tetapi oleh rasa frustrasi atas kerugian yang diakibatkan reunifikasi, rasa frustrasi pada bagaimana mereka diperlakukan setelah integrasi Jerman Barat dan Timur setelah runtuhnya Tembok Berlin," kata dia.
"Itu lebih suara orang Jerman Timur, bukan seluruh Jerman," tutur dia. "Ada persaaan sebagai warga kelas dua, dan supaya didengar, banyak orang Jerman Timur mengambil langkah-langkah radikal."
PEGIDA, yang berbasis di kota Dresden dimana Bachmann memulai gerakannya, menjadikan anti-imigran dan anti-Islamisasi sebagai agenda utama. Bachman yang selalu menolak disebut rasis akan menghadapi investigasi kriminal atas dugaan hasutan dan kebencian rasial. Kejaksaan Dresden mengatakan proses investigasi itu dimulai setelah laporan dari Bild.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...