Pemimpin Dunia Peringati 75 Tahun Pembebasan Auschwitz di Yerusalem
Pesan untuk bersatu melawan rasisme, antisemitisme, dan ekstremisme.
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Para pemimpin dunia berkumpul pada hari Rabu (22/1) di Yerusalem, Israel untuk memperingati 75 tahun pembebasan Auschwitz dari kekuasaan diktator Nazi Jerman, Adolf Hittler.
Peringatan di Yerusalem itu atas undangan Presiden Israel, Reuven Rivlin, dan dimaksudkan untuk mengirim pesan bahwa mereka bersatu melawan rasisme, antisemitisme, dan ekstremisme.
Berbicara di sebuah pesta gala yang diselenggarakan di Kediaman Presiden untuk puluhan kepala negara, Rivlin mengatakan penelitian sejarah harus bebas dari politik. "Penelitian sejarah harus diserahkan kepada para sejarawan," katanya. "Peran para pemimpin politik adalah untuk membentuk masa depan... Saya berharap dan berdoa bahwa dari ruangan ini, pesan akan dikirim ke setiap negara di bumi, agar para pemimpin dunia akan bersatu dalam perang melawan rasisme, antisemitisme dan ekstremisme," katanya dikutip Jerusalem Post.
Rivlin menyebut pertemuan itu bersejarah tidak hanya untuk Israel dan orang-orang Yahudi yang merupakan bagian terbesar korban Holocaust, tetapi juga untuk semua umat manusia. Ini mewujudkan komitmen semua orang yang hadir untuk mewariskan kesadaran tentang apa yang terjadi selama Holocaust kepada generasi berikutnya, katanya.
Presiden pada hari Selasa dan Rabu berbicara secara individu dengan berbagai pemimpin aliran. Dia menekankan bahwa serangan terhadap Israel adalah bentuk antisemitisme kontemporer, menambahkan bahwa seseorang tidak dapat mengaku mencintai orang Yahudi dan menyerang Israel, yang merupakan tanah air Yahudi, atau untuk mencintai Israel dan membenci orang Yahudi.
Rivlin memperingatkan bahwa antisemitisme dan semua bentuk rasisme dan xenofobia merupakan serangan terhadap demokrasi.
Dia sebelumnya melakukan serangkaian pertemuan tatap muka dengan para pemimpin dunia yang datang ke pemakaman mantan perdana menteri Israel, Shimon Peres, yang meninggal pada September 2016. Namun mereka tidak semua duduk bersama dan memecahkan roti bersamanya di satu meja.
Raja Spanyol, Felipe naik podium atas nama para tamu yang berkumpul di kediaman Rivlin, memulai pidatonya dengan mengutip filsuf Yahudi abad ke-12 dan ahli Taurat, Moses Maimonides, yang dikenal sebagai Rambam.
"Maimonides yang lahir di Sfarad (Spanyol), di kota Cordoba, menulis bahwa semua kejahatan berasal dari ketidaktahuan," kata Felipe. Dia menambahkan bahwa tidak ada kebodohan yang lebih besar daripada tidak mengetahui kebenaran sederhana bahwa semua pria dan wanita diciptakan sama.
Raja mengatakan contoh yang diberikan oleh para korban selamat Holocaust telah mencerahkan umat manusia selama beberapa dekade, tetapi mengingat itu sendiri sayangnya tidak cukup. "Kita semua tahu bahwa barbarisme tumbuh di tempat yang paling tidak diharapkan," katanya. "Kita tidak bisa berpaling."
Felipe mengecam gelombang serangan terhadap orang-orang Yahudi di seluruh dunia. "Kita akan selalu perlu bertahan agar kata-kata 'never again,' 'leolam lo od,' tetap benar," katanya.
Orang yang selamat dari Holocaust dan ketua Dewan Yad Vashem, Rabi Israel, Meir Lau dan sejarawan Prof. Yehuda Bauer, yang merupakan salah satu pembicara pada acara makan malam. Bauer mengatakan kepada para pemimpin dunia yang berkumpul bahwa, "Antisemitisme bukan penyakit Yahudi. Ini penyakit Anda. Antisemitisme adalah kanker yang menggerogoti rakyat dan negara Anda. Selama Perang Dunia II, 59 juta orang tewas. Bukankah itu 59 juta alasan bagus untuk melawan antisemitisme?”
Presiden World Holocaust Forum Faoundation, Moshe Kantor juga berbicara di acara tersebut. Kantor menjelaskan bahwa dia mendirikan World Holocaust Forum karena ia menyadari bahwa “antisemitisme bukanlah hantu masa lalu” tetapi kehadiran dan ancaman bagi masa depan.
Kantor menambahkan bahwa pelajaran yang bisa kita diambil dari masa lalu adalah bahwa hanya para pemimpin dunia yang bersatu yang berhasil mengalahkan antisemitisme di masa lalu, dan "hanya dengan menyatukan yang akan menang sekali lagi."
Kantor menyimpulkan bahwa ketika para pemimpin internasional berkumpul setiap tahun di Davos untuk membahas keadaan ekonomi dunia, mereka juga harus berkumpul untuk membahas situasi antisemitisme.
Presiden Argentina, Alberto Fernandez, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Presiden Italia, Sergio Mattarella, Raja Willem-Alexander dari Belanda, Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, dan Ketua Kongres Amerika Serikat, Nancy Pelosi juga hadir pada acara itu.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...