Pemimpin Koptik Mesir Menuntut Kekerasan Sektarian Dihentikan
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Gereja Ortodoks Koptik, Mesir mengajukan lima tuntutan kepada Presiden Mohamed Morsy untuk menyelesaikan krisis sektarian yang meletus di berbagai daerah di negara itu.
"Kami menuntut presiden untuk menerapkan hukum untuk semua orang, menjamin keselamatan dan keamanan di seluruh negeri, menjalankan sepenuhnya prinsip kewarganegaraan, menghentikan perdebatan tentang agama, dan pengajaran sejarah Gereja Koptik di sekolah," demikian dikatakan Makary Habib, sekretaris pribadi Paus Gereja Koptik Mesir, Tawadros II, seperti yang dikatakan kepada Berita Anadolu Turki dan diberitakan Egypt Independent, hari Rabu (10/4).
"Tidak diberlakukannya hukum membuat penganut Koptik seolah-olah sebagai warga negara kelas dua," kata Habib. Dia menambahkan bahwa apa yang terjadi sekarang adalah rangkaian dari tiga puluh tahun masalah sektarian sejak di bawah rezim mantan Presiden Hosni Mubarak. "Kami lelah menelan penawar rasa sakit," katanya, mengisyaratkan perlunya solusi informal dan adat. "Kita perlu langkah-langkah yang konkret."
Habib mengatakan bahwa tidak adanya aturan hukum adalah alasan di balik krisis saat ini. Dia menyerukan agar hukum ditegakkan dan menyerukan penangkapan terhadap orang-orang yang menghasut konflik sektarian. Dia menunjuk secara khusus kepada imam masjid yang mengatakan, "siapa pun yang menemukan seorang Koptik harus membunuh dia."
Dia mengatakan bahwa gereja mendokumentasikan serangan itu di video, dan akan menyampaikannya kepada otoritas investigasi agar tidak mengandalkan hanya pada kamera dari Kementerian Dalam Negeri. Habib mengatakan bahwa rekaman itu diambil dari kamera sebelum dihancurkan oleh penyerang.
"Warga Koptik merupakan 20 persen dari penduduk Mesir," katanya. "Ini berarti mereka memiliki hak untuk 100 dari 500 kursi di parlemen. Persentase yang sama juga untuk duduk dalam kementerian, gubernur, ketentaraan dan polisi."
Dia juga mengatakan bahwa gereja menunggu hasil investigasi dalam insiden penyerangan Khosous dan Katedral St. Markus, sebelum memutuskan apakah akan berdialog dengan presiden atau tidak.
Dalam kasus penyerangan itu, delapan orang tewas sejak Jumat dan puluhan lainnya terluka. Kekerasan sektarian dipicu oleh perkelahian antara seorang Kristen dan keluarga Muslim di Khosous, Qaliubiya, yang menewaskan tiga orang Kristen dan seorang Muslim dalam insiden di pemakaman.
Dia mengatakan bahwa Paus akan mengakhiri masa retreat di biara Wadi al-Natroun dalam beberapa hari mendatang dan kembali ke Katedral. "Kami juga menyambut kunjungan presiden yang akan menyampaikan belasungkawa setelah Paus kembali." Kasus kekerasan seperti ini mendorong migrasi para penganut Koptik, dan Paus
Dia juga memperingatkan bahwa insiden seperti itu bisa mendorong Koptik untuk beremigrasi, namun Paus menentang cara tersebut.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...