Pemimpin NATO Kutuk Serangan Teroris di Rusia
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengutuk serangan bom bunuh diri di sebuah stasiun kereta api di Volgograd, Rusia, yang menelan 16 korban jiwa, Sabtu (38/12).
Rasmussen juga menyampaikan komitmen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk terus bekerja sama dengan Rusia dalam memerangi terorisme.
"Saya secara tegas mengutuk serangan teroris itu, tidak ada hal yang dapat membenarkan serangan barbar semacam itu," kata Rasmussen dalam pernyataan.
"NATO dan Rusia berada dalam posisi yang sama dalam memerangi terorisme, termasuk bekerja sama dalam penerapan teknologi guna mencegah serangan terhadap sistem transportasi publik," katanya.
Rasmussen juga mengatakan pihaknya akan terus berupaya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan warga negara anggota NATO.
Serangan bom bunuh diri yang terjadi di Rusia dilakukan oleh seorang wanita yang meledakkan dirinya di depan pos pemeriksaan detektor logam di stasiun kereta api Volgograd.
Dokter dan polisi mengonfirmasi 16 orang tewas dan sebanyak 45 orang luka akibat ledakan bahan peledak yang setara dengan 10 kilogram TNT itu.
Pelaku bom bunuh diri di Rusia sering dijuluki "janda hitam" karena motifnya adalah membalas kematian anggota keluarganya.
Para wanita pengebom bunuh diri telah meledakkan dua stasiun kereta api metro Moskow pada Maret 2010 yang menewaskan lebih dari 35 orang
Kota Volgograd yang dulunya bernama Stalingrad pada era Soviet, juga pernah menjadi sasaran serangan bom pada Oktober lalu.
Serangan di stasiun kereta api Volgograd itu kembali memunculkan kekhawatiran terkait keamanan menjelang pelaksanaan Olimpiade Musim Dingin di Sochi.
Sochi yang menjadi tuan rumah perhelatan akbar olahraga yang berlangsung pada 7-23 Februari itu berjarak 690 kilometer arah barat laut Volgograd.
Kota yang berbatasan dengan Laut Hitam itu juga memiliki kedekatan dengan wilayah Kaukasus Utara, yang sarat konflik seperti Dagestan dan Chechnya.
Kelompok milisi Islam di Kaukasus Utara menginginkan sebuah negara Islam merdeka, yang tentunya mendapat tentangan dari Kremlin.
Pemimpin mereka Doku Umarov sering mengancam akan mengganggu pelaksanaan Olimpiade Musim Dingin atau melakukan serangan terhadap warga sipil Rusia. (AFP/Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...