Pemimpin Pemberontak Sudan Selatan Siap Jadi Wapres
JUBA, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin pemberontak Sudan Selatan, Rick Mahar, menyatakan kesiapannya kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki Moon, untuk kembali ke Juba dan menjadi wakil presiden Sudan Selatan yang pertama.
Kembalinya Mahar diharapkan akan mempercepat proses pemulihan perdamaian di negara termuda di dunia itu.
Melalui percakapan telepon, pemimpin pemberontak Sudan Selatan, Riek Machar, meyakinkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Ban Ki-moon, bahwa ia siap kembali ke ibukota, Juba, bulan Maret untuk menjabat wakil presiden pertama.
Dalam wawancara dengan VOA, Machar mengatakan ia hanya menunggu tahap pertama pengaturan keamanan, seperti disetujui dalam perjanjian damai, untuk diberlakukan sebelum ia kembali.
Sekjen PBB ingin memastikan kapan Machar akan tiba di Juba untuk dilantik sebagai wakil presiden pertama guna mempercepat proses pembentukan pemerintah transisi persatuan. Tujuannya, mengakhiri konflik di negara itu dan memulihkan perdamaian di negara termuda di dunia itu.
Machar mengatakan Ban Ki-moon menjanjikan dukungan penuh bagi penerapan kesepakatan yang ditandatanganinya bersama Presiden Salva Kiir. Pernyataannya disampaikan setelah Sekjen PBB bertemu Presiden Kiir, hari Kamis (25/2).
Menurut Machar, kesepakatan itu tidak memiliki sumber daya untuk diterapkan, kekhawatiran yang ia katakan disampaikan dalam pertemuan baru-baru ini dengan beberapa kepala negara Afrika.
Machar mengakui belum berbicara dengan Presiden Kiir tentang perjanjian damai yang mereka tandatangani.
Ia menambahkan, kalau kembali ke Juba ia mungkin akan bertemu Kiir setelah berkonsultasi dengan kolega, pemangku kepentingan dan rakyat Sudan Selatan, yang menurutnya tertarik pada pembentukan pemerintah, pada langkah maju guna memastikan pelaksanaan perjanjian itu.
Ia juga mengatakan perlunya membentuk polisi bersama di Bor, Malakal, Juba dan di daerah-daerah lain negara itu untuk mengakhiri kekerasan di sana. Begitu perdamaian pulih, aspek-aspek lain kesepakatan, menurut Machar, akan dapat dilaksanakan dalam suasana damai.
Perjanjian Damai
Sementara itu, Ban Ki-moon berada di Juba, Sudan Selatan, hari Kamis (25/2) untuk mendorong pemerintah dan pasukan pemberontak melaksanakan perjanjian damai yang dicapai tahun lalu.
Kunjungan Ban Ki-moon ke Juba dilakukan pada waktu kedua pihak bersiap-siap untuk membentuk pemerintah persatuan, di mana Presiden Salva Kiir akan tetap memegang jabatan dan kepala pemberontak Riek Machar menjabat sebagai wakil presiden pertama.
Sekretaris Jenderal Ban Ki Moon bertemu dengan Salva Kiir di kantor presiden di Juba dan kemudian berbicara melalui telepon dengan Machar, yang berencana untuk kembali ke ibukota setelah pasukannya ditempatkan di sana.
Dalam konferensi pers setelah itu, Ban Ki-moon mengatakan ia telah mengatakan kepada para pemimpin tersebut untuk "menempatkan perdamaian di atas kepentingan politik" dan membentuk pemerintah persatuan tanpa ditunda-tunda lagi.
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...