Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 14:44 WIB | Sabtu, 28 Desember 2013

Pemimpin Pemberontak Sudan Selatan Waspadai Tawaran Gencatan Senjata

Presiden Salva Kiir Sudan Selatan (kanan), Presiden Uhuru Kenyata of Kenya (kiri) dan Perdana Menteri Ethiopia Hailemarian Desalegne (tengah) di Juba pada Kamis (26/12). (Foto: dari radiotamazuj.org)

NAIROBI, SATUHARAPAN.COM - Pimpinan pemberontak Sudan Selatan Riek Machar mengatakan harus ada negosiasi yang tepat sebelum para pemberontak dapat menyetujui gencatan senjata dengan pemerintah.

Dia berbicara demikian setelah pemerintah mengatakan setuju untuk segera mengakhiri pertempuran, dalam deklarasi yang disambut oleh para pemimpin Afrika Timur di Nairobi pada Jumat (27/12).

Pertempuran berlanjut pada hari Jumat di kota minyak Malakal, negara bagian Upper Nile.

Bantuan PBB telah tiba untuk membantu mengontrol warga sipil yang mencari perlindungan di kamp-kamp PBB.

Sekitar 63.000 warga Sudan Selatan meminta perlindungan ke kamp PBB, di antara lebih dari 121.600 orang yang telah meninggalkan rumah mereka. Setidaknya 1.000 orang meninggal dalam pertempuran itu.

Presiden Salva Kiir terlibat dalam perebutan kekuasaan mematikan dengan Riek Machar, mantan wakil presidennya. Pendukung dari Presiden Salva Kiir adalah dari kelompok etnis Dinka sementara Riek Machar dari kelompok etnis Nuer, kedua kelompok etnis ini telah saling menyerang.

Pemerintah telah membebaskan dua sekutu Machar dari tahanan, hanya sebagian memenuhi permintaan pemberontak yang menuntut membebaskan 11 anggota komplotan kudeta.

Utusan AS Donald Booth mengatakan di Juba, ia berharap para tahanan tersebut dapat dibebaskan sebagai upaya untuk "berpartisipasi secara konstruktif dalam menciptakan perdamaian ... dan menyelesaikan isu-isu politik yang memicu konflik ini".

Tidak Mungkin

Riek Machar yang berbicara kepada BBC World Service melalui telepon satelit dari persembunyiannya, mengatakan bahwa tim negosiasinya telah siap tetapi gencatan senjata apapun harus serius, kredibel dan dipantau dengan baik.

"Jadi mekanisme pemantauan harus ditetapkan, ketika seseorang secara sepihak mengatakan ada gencatan senjata, tidak ada cara bahwa orang lain akan yakin bahwa ini adalah komitmen," katanya.

Dia menyerukan pembebasan semua tahanan (11 orang), pembebasan itu adalah syarat utama pemberontak untuk negosiasi lebih lanjut.

Machar mengatakan pemberontak sudah menguasai seluruh wilayah negara, tiga perempat dari negara bagian Upper Nile dan semua wilayah di negara bagian Jonglei kecuali ibu kota Bor.

Ia mengatakan dia telah berbicara dengan dua tahanan yang dibebaskan di Juba, yang ia ditunjuk sebagai direktur eksekutifnya, Deng Deng Akon, dan mantan Menteri Pendidikan Tinggi Peter Adwok.

Pemerintah melalui Tweeter di @RepSouthSudan mengatakan "pada prinsipnya gencatan senjata harus segera". Juru bicara kepresidenan Ateny Wek melalui Radio Tamazuj mengatakan: "Ini bukan tawaran sepihak, tetapi merupakan tawaran bersyarat untuk diterima oleh pihak lain."

Di Nairobi, Menteri Informasi Sudan Selatan Michael Makuei Lueth mengatakan pemerintah telah sepakat untuk menghentikan serangan yang direncanakan untuk merebut kembali kota Bentiu.

"Kami tidak bergerak ke Bentiu asalkan pasukan pemberontak mematuhi gencatan senjata," katanya seperti dikutip oleh Associated Press.

Para pemimpin regional Afrika Timur bertemu di ibu kota Kenya Nairobi mengatakan mereka tidak akan menerima kekerasan menggulingkan pemerintah dan menyerukan kepada pihak yang bertikai untuk bertemu dan melakukan pembicaraan dalam waktu empat hari. (bbc.co.uk)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home