Pemimpin Rakyat yang Melenggang di Karpet Merah
SATUHARAPAN.COM – Sebulan lebih karpet merah membentang dari pintu masuk hingga lift pemimpin DPR RI yang terletak di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. Kewibawaan jajaran pemimpin DPR RI melintasi karpet merah itu pun kian bertambah saat mendapat sikap hormat dari Pengamanan Dalam (Pamdal) yang tengah berjaga.
Biasanya, karpet merah atau yang akrab di telinga dengan sebutan red carpet terbentang di Gedung Nusantara III jelang kedatangan Presiden Republik Indonesia atau tamu-tamu kenegeraan ke Gedung Parlemen Senayan. Namun, sejak DPR RI menggelar Konferensi Parlemen Asia-Afrika, pada 19 April 2015 silam, karpet merah itu terpasang setiap hari, bahkan saat para Wakil Rakyat menjalani masa reses.
Sejumlah wartawan yang bertugas di Gedung DPR RI mengeluhkan keberadaan karpet merah yang dihiasi pagar tali pembatas. Mereka merasa barang yang disebut-sebut alat mempercantik Gedung Wakil Rakyat tersebut membatasi kerja jurnalis dalam peliputan, sekaligus memberi jarak antara wartawan dan pemimpin DPR RI.
Jajaran pemimpin DPR RI yang diharap dapat berkomunikasi dan menanggapi berbagai isu dinilai menjadi lebih mudah menghindari wartawan. Padahal, jajaran pemimpin DPR RI adalah sosok yang sangat diharapkan wartawan memberi pendapat terhadap kinerja eksekutif ataupun aktivitas legislator yang mereka pimpin.
Berdasarkan pengakuan sejumlah jurnalis di Gedung DPR RI, bentangan karpet nan tebal dengan pagar tali pembatas baru kali ini dipasang. Pada periode sebelumnya, ketika DPR RI masih dipimpin Marzuki Alie, karpet merah hanya dibentangkan ketika ada kunjungan Presiden RI atau tamu kenegaraan.
Tidak Nyaman
Namun, jajaran pemimpin DPR RI mengaku terbentangnya karpet merah tersebut adalah bentuk penghormatan tamu kenegaraan. Sementara, mengenai sikap hormat Pamdal, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan hal tersebut merupakan prosedur yang berlaku di internal Pamdal.
Fahri mengaku tidak meminta untuk dihormati. Sedangkan perihal keberadaan karpet merah yang terus terbentang, dia menjelaskan hal tersebut dilakukan karena dikhawatirkan rusak bila tidak digunakan dan hanya tersimpan di gudang.
Meski begitu, politisi PKS itu mengaku tidak nyaman harus berjalan di atas karpet merah dan mendapat sikap hormat dari Pamdal. Oleh karena itu, dia mengaku lebih memilih berjalan di samping karpet merah saat menuju lift pemimpin DPR RI.
Pernyataan berbeda disampaikan Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan. Dia berpendapat, dibentangkannya karpet merah itu tidak perlu dipermasalahkan. Karena, dengan adanya karpet merah diharapkan dapat mengangkat martabat dan wibawa pemimpin DPR terhadap tamu-tamu kenegaraannya.
Meski sering berjalan di atasnya, baik saat datang di pagi hari ataupun hendak meninggalkan Gedung DPR RI, Taufik mengaku tidak nyaman kala melintasi karpet merah tersebut.
Jalankan Harapan Rakyat
Kini muncul pertanyaan, mengapa di saat banyak pemimpin DPR RI merasa tidak nyaman, namun karpet merah tersebut terus dipertahankan? Apakah alasan agar karpet tidak rusak dapat diterima secara rasional?
Apa pun alasan yang dikemukakan para Wakil Rakyat untuk mempertahankan karpet merah itu, harapan rakyat hanya satu, semoga kewibawaan pemimpin DPR dapat dikuti kinerja dan tanggung jawab sebagai legislator. Karena sejatinya, para anggota dewan yang terhormat itu dipilih bukan dilotre, dengan tugas dan tanggung jawab melayani rakyat, bukan sekadar mencari penghormatan dari jajaran Pamdal atau bermewah-mewah dengan segala fasilitas yang didapatkan.
Bangunan megah yang sering disebut rumah rakyat juga seharusnya memberikan rasa nyaman bagi rakyat dalam menyampaikan aspirasi demi Indonesia lebih baik.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...