Pendeta yang Ditahan Iran Berdoa 20 Jam Sehari
WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – Pendeta Saeed Abedini, warga Amerika yang dibebaskan dari penjara di Iran awal bulan ini, mengatakan bahwa kekuatan dia selama menjalani masa tahanan di Tehran, Iran yakni dengan berdoa terus-menerus selama 20 jam per hari.
“Saat interogasi, setelah mereka memukuli saya sangat buruk, saya bisa pasrah dan terus berdoa,” kata Abedini dalam wawancara dengan stasiun televisi Fox, dan diberitakan Christian Post hari Selasa (26/1).
Pendeta yang melayani jemaat di Boise, Idaho, Amerika Serikat tersebut mengungkapkan bahwa salah satu hal yang paling sulit tentang penjara adalah menemukan cara untuk menghabiskan waktu, mengingat dari penjaga penjara tidak memberinya buku atau pegangan apapun juga.
“Setiap hari selama berjam-jam, kadang-kadang lebih dari 20 jam, saya hanya berdoa,” kata dia.
"Hal terbaik yang saya bisa lakukan di sana adalah berdoa,” dia menambahkan.
Abedini mencatat seorang penjaga sipir memukulnya sehingga menyebabkan dia mengalami pendarahan di perut.
Dia juga diancam dipukuli sampai mati, dan mengatakan bahwa bahkan setelah pembebasannya, ia masih akan diikuti.
Abedini mengatakan ada seorang penjaga tahanan yang memaksa Abedini menandatangani surat pengakuan kejahatan yang tidak dia lakukan.
Setelah Abedini dibebaskan dia bertemu dengan anggota keluarga di Graham Training Center Billy di North Carolina, Amerika Serikat.
Abedini menjadi topik pembicaraan internasional terkait kebebasan beragama. Abedini mengatakan bahwa ia dipenjarakan karena iman Kristennya.
Abedini mengungkapkan bahwa salah satu hal yang membantu adalah ketika Abedini bertemu mantan Marinir AS Amir Hekmati.
Abedini merasa iba, karena menurut Abedini, Hekmati dalam keadaan kurus dan kurang gizi.
"Mereka terikat mata saya, mereka membawa saya ke kamarnya, dan di sana, saya pikir, selama hampir 60 hari dengan Amir,” kata dia. (christianpost.com).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...