Pendeta Yogi Hapsoro: Ibadah Seberang Istana untuk Memperjuangkan Kebenaran dengan Lebih Bermoral
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pendeta Yogi Hapsoro mengatakan Ibadah yang dilakukan di seberang Istana Merdeka adalah untuk memperjuangkan kebenaran yang lebih bermoral.
"Yang bapak-ibu lakukan sampai detik ini adalah tindakan hening beribadah, memperjuangkan kebenaran, melawan kelaliman dengan tindakan yang lebih bermoral," kata Pendeta Yogi Hapsoro, Minggu (2/3) pada ibadah di seberang Istana.
Melalui khotbah yang disampaikan, Pendeta Yogi Harsono meneguhkan jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi, bahwa perjuangan yang dilakukan bukan sekedar soal tanah dan bangunan milik gereja yang sah.
"Kita memperjuangkan demokrasi yang lebih beradab. Maka bertekunlah, bertahanlah dalam perjuangan ini bersama kawan-kawan lintas iman, berjuang dengan tanpa kekerasan, demi menjaga Indonesia, negeri dimana Tuhan tempatkan kita semua", kata Pendeta Yogi Harsono, pendeta yang melayani jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Jenar Geparang Purworejo, Jawa Tengah.
Sudah lebih dari dua tahun, setiap dua minggu baik jemaat sekitar seratus GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi beribadah di seberang Istana Merdeka Jakarta. Walaupun mengklaim memiliki ketetapan hukum dari Mahkamah Agung, kedua Gereja tetap tidak bisa beribadah di gedung gerejanya.
Bona Sigalingging juru bicara GKI Yasmin yang hampir selalu mengikuti ibadah di seberang Istana tersebut mengatakan, bahwa Pemerintah Kota Bogor dan Pemkab Bekasi masih mengabaikan hukum dan menyegel gereja tersebut.
"Pemerintah di Kota Bogor dan di Kabupaten Bekasi bergeming dengan pembangkangan hukum yang mereka lakukan bertahun-tahun. Hal ini terjadi karena Presiden SBY tidak berani at all cost menegakkan hukum dan konstitusi RI. Bahkan, ketika Menag dan Mendagri memberikan dukungan bagi kelompok intoleran, Presiden pun diam. Kalau ini dibiarkan, kesatuan RI dalam bahaya", kata Bona Sigalingging.
Ibadah kali ini juga dihadiri oleh Andi Yentriani, Komisioner Komnas Perempuan, serta Nia Syarifudin dari Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika dan perwakilan dari komunitas Syiah Indonesia.
Pelapor Khusus Maina Kiai
Bona Sigalingging seusai ibadah menceritakan bahwa dia telah melaporkan kasus GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia kepada Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk kasus Kebebasan Berserikat dan Kebebasan Berkumpul, Maina Kiai awal Februari lalu di Singapura.
"Kami diundang atas rekomendasi dari KontraS. Kami bertemu langsung dengan Pelapor Khusus PBB, Bapak Maina Kiai, asal Kenya. Dari Indonesia, kami sampaikan bagaimana kondisi sesungguhnya kondisi kebebasan berkumpul secara damai untuk menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan, ternyata tidaklah dalam kondisi baik seperti pidato-pidato SBY. Kami sampaikan apa yang terjadi pada GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, Syiah, Ahmadiyah dan kelompok minoritas lainnya di Indonesia," kata Bona.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...