Pendidikan Bijak bagi Anak Berkebutuhan Khusus

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Anak berkebutuhan khusus berbeda dari rata-rata anak normal dalam hal ciri mental, kemampuan sensorik, fisik, dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, maupun kemampuan berkomunikasi dan lain-lain. Proses perkembangannya berbeda dengan anak pada umumnya sehingga anak berkebutuhan khusus harus dikenali karakteristiknya, mencakup juga jenis ketunaannya. 

“Mereka ini biasanya prestasi belajarnya ketinggalan. Nilainya kurang dari enam. Harus didampingi berulang-ulang kalau perlu dengan contoh konkrit, kalau perlu dengan gambar, alat bantu, alat peraga. Ada anak yang tipe belajar visual sehingga butuh gambar, tetapi ada anak yang tipenya auditif. Musti ngomong. Mereka yang punya hambatan visual memerlukan orang berbicara. Jangan kita biasa bisik-bisik sendiri atau baca tenang sendiri.” Kata Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M. Ed, Psy di seminar sehari bertema “Pendidikan Bijak bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sabtu (20/7) di Gereja Reformasi Indonesia Jakarta.

Lanjut Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini, “Kita harus punya media yang berbeda-beda karena background anak-anak ini berbeda-beda. Kita juga harus bisa membuat anak bisa menyerap. Kita bisa lihat satu-satu anak ketika pendekatannya individual. Anak mana yang lebih visual, anak mana yang lebih auditif, dan kemudian membantu mereka memberikan stimulasi yang lebih fokus, lebih mudah diserap. Jadi kalau sebagai guru, makin banyak variasi mengajar, anak semakin banyak diuntungkan. Kalau hanya ngomong, ga pernah ada catatan, ga ada slide, yang untung adalah yang tipe auditif. Yang tipe visual blank, ga ada image, ga ada memory sama sekali.”

Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M. Ed, Psy selain memetakan karakteristik anak berkebutuhan khusus dalam kesulitan belajarnya juga membagikan tips-tips mengajar dan jalan keluar membantu belajar anak. 

Editor : Yan Chrisna