Peneliti BPPT: Area Resapan Berkurang, Banjir Mengadang
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ir. Nusa Idaman Said M.Eng menjelaskan kondisi yang ada di kota tempat tinggal kita, bangunan semakin bertambah sebabkan area resapan berkurang. Akibatnya, air hujan yang turun semuanya masuk ke saluran air dan sungai yang daya tampungnya sudah berkurang, sehingga terjadilah run-off atau limpasan air ke permukaan sampai banjir.
Dikatakan Nusa ketika ditemui satuharapan.com di kantornya di Ruang IPAL, BPPT, Jakarta Pusat, pada Rabu (29/1) pagi, air hujan yang turun, sebagian air seharusnya meresap ke dalam tanah, sebagian lagi mengalir ke saluran air dan sungai.
Terjadinya banjir jelas akibat adanya perubahan tata guna lahan seperti dijelaskan. Lahan yang dulunya hutan menjadi beton, tidak ada lagi air yang meresap ketanah, akibatnya terjadilah run-off atau limpasan air permukaan menjadi bertambah, yang berakibat banjir.
Fenomena saat ini, intensitas hujan menjadi lebih sering dan terus-menerus dengan cakupan area yang merata. Namun itu bukan berarti air yang ada sekarang jumlahnya bertambah. Sesuai dengan teori, air di bumi ini jumlahnya adalah tetap, tidak pernah berkurang ataupun bertambah. Hanya saja, daya dukung lingkungan yang semakin berkurang, ditambah tata kelola air yang tidak tepat.
Dulu, air hujan yang jatuh 30 persennya meresap ke tanah, kalau sekarang tidak. Hujan dalam waktu singkat saja, limpasannya sudah banyak, sedangkan daya tampung sungai dan saluran air sudah tidak muat lagi.
Banjir Akibat Sedimentasi
Banjir tidak bisa selesai dengan hanya mengalirkan air ke saluran air atau sungai saja. Seperti diketahui sungai-sungai saat ini banyak yang mengalami sedimentasi, sehingga daya tampung airnya ikut berkurang.
Sedimentasi terjadi karena pembukaan lahan yang mengambil area dari hutan yang terdapat di gunung. Ketika hujan turun di atas gunung itu, tidak ada lagi pepohonan yang bisa menyerap air, sehingga terjadilah erosi. Akibat erosi, tanah yang turun masuk ke dalam sungai-sungai, inilah yang menyebabkan sedimentasi sungai.
Dampak sedimentasi terhadap sungai itu sendiri, misalnya sungai yang tadinya kedalamannya lima meter, menjadi dua meter, ini berakibat pada berkurangnya daya tampung air. Pada akhirnya air melimpas ke daratan, sementara di daratan, penyerapan air sudah tidak mampu lagi dilakukan, maka terjadilah banjir.
Permukaan Tanah Menurun
Kebanyakan masyarakat hanya mengambil air tanah, tanpa mengembalikannya lagi ke dalam tanah, demikian dikatakan Nusa. Air tanah yang terus diambil oleh bangunan di atasnya, lama kelamaan akan habis.
Akibatnya tentu permukaan tanah menurun, jika wilayah itu berada dekat laut akan mengakibatkan intrusi air laut yaitu masuknya air laut ke dalam tanah, sehingga air yang diambil dari tanah tersebut rasanya payau.
Menurunnya permukaan tanah indikasinya bisa kita ketahui saat memasang pompa untuk mendapakan air tanah, yang biasanya pada kedalaman 10 meter menggunakan pompa kecil, air sudah keluar. Namun ketika permukaan air tanah menurun, pada kedalaman 10 meter itu air masih belum keluar sehingga diperlukan mesin bor yang lebih besar lagi.
Sumur Resapan
Maka perlunya teknologi untuk menciptakan area resapan, guna mengembalikan air ke dalam tanah. Teknologi itu disebut sumur resapan. Sumur resapan itu sendiri banyak tekniknya.
Ada teknik sumur resapan yang disebut artificial recharge of groundwater. Caranya dengan menampung air, misalnya di sungai dengan membuat dam/bendungan, jadi pada saat hujan besar air masuk ke bendungan terlebih dahulu sebelum ke sungai. Jika sudah tidak hujan baru dibuka pelan-pelan untuk mengatur aliran airnya ke sungai. Air di bendungan juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih, sampai keperluan irigasi untuk lahan perkebunan di saat musim kemarau.
Untuk di perumahan ada teknik yang disebut memanen air hujan (rainwater harvesting). Air hujan yang jatuh dialirkan melalui talang-talang air ke tangki penampungan yang sudah dilengkapi dengan filter atau penyaring. Jika air yang masuk jumlahnya melebihi tangki, kemudian sisa tampungannya diresapkan ke dalam tanah, menjadi air tanah kembali.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...