Pengamat: Australia Khawatir Indonesia Lebih Percaya China
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktur Kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS), Guspiabri Sumowigeno, menilai penyadapan yang dilakukan Australia dilandasi kekhawatiran bahwa Indonesia lebih mempercayai China sehingga berpaling dari "China Containment Policy".
"Inilah yang sekarang sedang membuat panik kekuatan-kekuatan politik Australia," kata Guspiabri di Jakarta, Kamis (21/11) seperti dikutip Antara. "China Containment Policy" merupakan cara yang dilakukan Amerika Serikat untuk membendung meningkatnya pengaruh China sebagai negara adidaya baru.
Menurut dia, skandal penyadapan yang terungkap ini pasti merusak kebijakan yang ditujukan untuk membendung kebangkitan pengaruh China yang sedang muncul menjadi kekuatan adidaya ekonomi, politik, dan militer.
Dia mengatakan komitmen Indonesia terhadap kebijakan tersebut cukup terlihat, karena RI seolah tidak menganggap intervensi politik dan militer Australia dalam kampanye pelepasan Timor-Timur dari RI sebagai tamparan yang harusnya membekas dalam.
Dikatakannya tekanan politik dan invasi militer oleh International Force for East Timor (Interfet) ke wilayah Timor-Timur yang dimotori Australia dan sukses melahirkan negara Timor Leste pada tahun 1999 tidak dianggap hambatan psikologis yang berarti oleh RI.
Lebih lanjut ia mengatakan situasi hubungan yang memburuk karena krisis Timor-Timur segera berakhir sejak 2001 dengan diselenggarakannya berbagai kerja sama, yang kebanyakan hanya menguntungkan Australia, seperti dalam soal penanganan imigran gelap melalui laut (manusia perahu).
Ancaman China
RI tetap menjalin hubungan mesra nyaris dalam derajat seperti sekutu dengan Australia, meskipun dalam kacamata politik internasional telah diperlakukan dengan keji oleh Australia dalam persoalan Timor-Timur. RI tidak mendapatkan imbalan yang sepadan untuk jasanya mencegah jatuhnya wilayah Timor Portugis ke tangan kelompok kiri atau komunis yang meresahkan Australia sebelum runtuhnya tembok Berlin.
Dalam perspektif Beijing, lanjut dia, sikap ini adalah konfirmasi bahwa RI memang ikut menjadi pilar dari "China Containment Policy". China dianggap lebih sebagai ancaman yang riil ketimbang Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Barat-nya, termasuk Australia.
Dia mengatakan, kepanikan Australia saat ini juga karena Timor Leste kemudian ternyata juga bukan anak manis bagi Negara Kangguru itu dan berkali-kali nampak menggunakan kartu China untuk menekan balik Australia yang berlaku jauh dari kata adil dalam pengelolaan minyak di Celah Timor.
Guspi menjelaskan wacana pembukaan pangkalan militer China di Timor Leste amat menggetarkan Australia. Salah satu faktor yang menghalangi terwujudnya hal tersebut adalah karena RI tidak merestuinya dan China masih menimbang perasaaan RI bila dia membuka pangkalan militer di dalam wilayah gugusan kepulauan Nusantara.
"Trust` RI yang menipis pada Australia bisa membuat RI mengambil sikap berbeda terhadap wacana tersebut untuk membuat perhitungan," kata dia.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...