Pengamat: Pariwisata Bali Korbankan Pertanian
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Pengamat pertanian dari Universitas Udayana (Unud) Denpasar Prof I Wayan Windia melihat pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali telah mengorbankan sektor pertanian.
"Padahal pertanian berkaitan erat dengan ekonomi Bali, karena jika kebudayaan Bali hancur semua sektor ekonomi di Pulau Dewata akan hancur," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Unud di Denpasar, Sabtu (28/6).
Hal itu, menurut Wayan Windia bisa terjadi karena semua sektor ekonomi di Pulau Dewata dilandasi oleh kebudayaan masyarakat setempat, khususnya pengembangan sektor pariwisata yang kini menjadi tumpuan harapan sebagian besar masyarakat setempat.
Hasil penelitian Sceto menyebutkan Bali hanya siap menampung 24.000 kamar hotel bertaraf internasional. Kenyataannya sekarang ada sekitar 4.000 hotel berkapasitas 90.000 kamar, atau hampir empat kali lipat.
Windia menjelaskan, meskipun pemerintah sejak lama mewacanakan penghentian pembangunan (moratorium) hotel, di lapangan tidak pernah terealisasi. Hal itu terjadi karena daerah-daerah di Bali masih membutuhkan pendapatan asli daerah.
"Semua itu menyebabkan runtuhnya kebudayaan Bali, padahal merupakan landasan bagi semua sektor kehidupan di Bali," ujarnya.
Windia mengutip pendapat ahli antropologi, kelemahan pembangunan di Indonesia, termasuk Bali adalah proses pembangunan terlalu bersifat melihat kepentingan jangka pendek (myopia). Hal itu bisa terjadi, karena sekarang biaya politik yang sangat mahal, sistem politik yang ditandai dengan banyaknya politik uang, dan pandangan elite yang hanya menyukai ekonomi, pertumbuhan, dan teknologi.
Mereka kurang tertarik terhadap aspek sosial, pemerataan, dan kebudayaan. Fenomena seperti itu akan terus terjadi, kalau sistem politik Indonesia tidak direformasi. (Ant)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...