Penghargaan Jelang Peringatan ke-70 Tahun Hari KA
SATUHARAPAN.COM - Hari ini, tanggal 28 September 2015, adalah peringatan ke-70 tahun Hari Kereta Api Nasional, sejak hari bersejarah perkeretaapian Indonesia pada 28 September 1945.
Sepuluh hari menjelang peringatan ulang tahun, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mendapatkan penghargaan di Singapura. Contact Center KAI 121 mendapatkan penghargaan atas kinerjanya selama ini. Inovasi yang terus dilakukan dalam menghasilkan kinerja yang maksimal diakui oleh dunia internasional.
Bertempat di Resort World Sentosa Singapura, pada tanggal 18 September, KAI menerima penghargaan Recognition of Performance Excellence pada ajang Asia Pacific Contact Center Association Leader 2015. Penghargaan itu diberikan setelah melalui penilaian tim panel dengan mempertimbangkan pencapaian performance dan komitmen untuk terus melakukan perbaikan dan peningkatan pelayanan.
Contact Center KAI 121 yang didirikan pada tahun 2010 terus mengembangkan fasilitas yang digunakan untuk melayani pelanggan. Penanganan melalui Sosial Media Twitter, Facebook, Google Plus, via email ke kontak_pelanggan@kereta-api.co.id, dan via telepon ke 121 terus ditingkatkan agar pelanggan merasa nyaman dalam memberikan feedback bagi perusahaan
Berawal dari Desa Kemijen
Kehadiran kereta api di Indonesia, seperti dapat dibaca di situs resmi PT KAI, kereta-api.co.id, ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di Desa Kemijen, Semarang Timur, Jumat, tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr LAJ Baron Sloet van den Beele.
Nationalgeographic.co.id dalam penelusurannya tahun lalu, mengisahkan informasi awal Stasiun Samarang (penyebutan saat itu, Red) itu dihimpun dari peta-peta kuno koleksi Koninklijk Instituut voor de Tropen dan foto-foto koleksi Koninklijk Instituut voor Tall, Land- en Volkenkunde (KITLV), kemudian memadukannya dengan peta dari citra satelit melalui program Google Earth.
Rujukan naskah banyak diambil dari buku Spoorwegstations op Java tulisan Michien van Ballegoijen de Jong (Amsterdam, 1993).
Pembangunan jalan kereta api diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM), dipimpin oleh Ir JP de Bordes.
Pada tanggal 10 Agustus 1867, untuk pertama kali resmi dioperasikan angkutan penumpang kereta api dari Stasiun Samarang menuju Tangoeng (Tanggung) sepanjang 25 kilometer (data lain menyerbutkan 26 km), melintasi Halte Allas-Toewa (Alas Tua) dan Broemboeng (Brumbung), dengan lebar sepur 1435 mm.
Keberhasilan swasta, NV NISM, membangun jalan kereta api antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan Kota Semarang - Surakarta (110 km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan kereta api di daerah lainnya.
Sejak itu, panjang jalan rel antara tahun 1864 - 1900 tumbuh pesat. Kalau pada tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, pada tahun 1880 mencapai 405 km, pada tahun 1890 menjadi 1.427 km, dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan kereta api juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914). Pada tahun 1922, pembangunan juga dilakukan di Sulawesi sepanjang 47 km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan pada tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan.
Di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan kereta api Pontianak - Sambas (220 km) sudah diselesaikan. Demikian juga di Pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan kereta api.
Angkatan Muda Ambil Alih Kekuasaan
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan kereta api di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km. Kurang Iebih 901 km raib, diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan kereta api di negara tersebut.
Jenis rel kereta api di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh), dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota.
Semasa pendudukan Jepang, terjadi pembongkaran jalan kereta api sepanjang 1942 – 1943, sepanjang 473 km. Namun, sebaliknya Jepang membangun jalan kereta api sepanjang 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru.
Dengan teknologi seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan, mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 di antaranya adalah Romusha. Pembangunan jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai berarus deras itu banyak menelan korban, yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.
Karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945.
Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak dibolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapian di Indonesia.
Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
Editor : Sotyati
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...