Penilaian Investor Atas RI Sangat Tergantung pada Figur Jokowi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Investor asing dalam mengambil keputusan investasi ke Indonesia tidak lagi melulu mendasarkannya kepada kinerja ekonomi, tetapi terutama kepada figur kepemimpinan negara, yakni Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Hal ini ditegaskan oleh ekonom Fauzi Ichsan, yang saat ini menjadi komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), ketika berbicara pada acara Fitch Credit Briefing dengan tema Indonesia 2015 - An Agenda for Change, di Hotel Mandarin Jakarta, hari ini (5/3).
“Saat ini kita sudah tahu siapa yang ada di pemerintahan, kita bisa lihat kalau dahulu pemerintahan di bawah SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) ada penilaian berbeda dari dunia internasional, terutama kalangan pebisnis yang saat ini sudah mengetahui tentang reputasi Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Presiden dan Wakil Presiden Indonesia),” kata dia, ketika berbicara sebagai panelis dalam sesi yang bertema: Sovereign & Sector Perspectives on Indonesia. Selain dia, turut menjadi panelis Senior Director & Head of South/SE Asia Financial Institution, Fitch Ratings, Managing Director and Head of Asia Pacific Corpoartes, Andrew Steel, dan Director Asia-Pacific Sovereigns Fitch Ratings, Thomas Rookmaaker.
Fauzi menyebut figur Jokowi dan JK merupakan sosok yang sudah cukup dikenal di kalangan pengusaha sehingga investor dari luar Indonesia pun tertarik.
“Siapa tidak kenal Joko Widodo mulai dari saat dia masih di Solo, bahkan sebelum dia jadi Wali Kota Solo dia juga masih sebagai pengusaha kayu, sudah banyak investor asing yang mengenal dia, sama dengan Jusuf Kalla yang sudah dikenal sebagai pengusaha terkenal di Makassar, Sulawesi Selatan,” Fauzi menjelaskan.
Fauzi memberikan komentarnya atas survei cepat yang dilakukan oleh Fitch Ratings kepada sekita 150 partisipan acara FitchRatings Credit Briefing yang hadir dan diberi kesempatan memberi suara melalui piranti elektronik yang tersedia.
Ketika ditanya, apa penilaian Anda tentang kemampuan Jokowi untuk melakukan perubahan dan melakukan transformasi struktural terutama dalam pembangunan infrastruktur, 41,8 persen mengatakan good, 13,5 persen mengatakan excellent, 35,5 persen mengatakan average, sisanya bersikap lain.
Sementara ketika ditanya seberapa yakin Anda akan terjadinya transformasi struktural di Indonesia, sebanyak 48,9 persen mengatakan agak yakin, 18 persen sangat yakin, bersikap netral 23 persen sedangkan lainnya 9,8 persen.
Pertanyaan lain yang diajukan, yakni apa masalah yang paling prioritas harus diselesaikan oleh pemerintah, sebagian besar responden menyebut masalah korupsi. Sebanyak 64 persen responden mengatakan hal itu. Sedangkan yang menjawab masalah
prosedur investasi yang berbelit-belit hanya 12,3 persen dan menjawab mengakeselerasi infrastruktur sebesar 21,3 persen.
Fauzi menambahkan, satu hal yang menonjol dari Jokowi dan JK adalah adanya kemauan politik (political will) untuk melakukan perubahan, tercermin dari berbagai kebijakan yang sudah diambil, seperti penghapusan subsidi BBM.
Di sisi lain, menurut dia, harus diakui bahwa Jokowi tidak bisa dibandingkan dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang memiliki dukungan mayoritas di parlemen.
"Kita masih harus melihat bagaimana reformasi ekonomi akan terjadi. Saat ini investasi penting karena Jokowi dan JK harus mengejar pertumbuhan ekonomi hingga tujuh persen,” kata Fauzi.
Fauzi menyebut dengan kredibilitas Jokowi dan JK saat ini, investor juga cukup diyakinkan dengan komitmen pemberantasan korupsi.
Editor : Eben Ezer Siadari
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...