Penjual Nasi Uduk
Hidup memang sarat perjuangan. Akan tetapi, sesulit dan sesakit apa pun yang terjadi, jangan menyerah kalah.
SATUHARAPAN.COM – ”Tumben jaga sendiri, Bu,” tanya saya pada Ibu penjual nasi uduk langganan saya.
”Iya... ini Mbak-nya liburan pulang kampung, saya jualan ditemani anak saya,” jawabnya sambil menunjuk remaja berjaket yang duduk tidak jauh dari warung itu.
Lalu percakapan pun berlanjut, tentang usahanya menghidupi keluarga, semenjak suaminya meninggal dunia. ”Dia tidak sanggup menanggung beban, mobilnya diambil sindikat pencuri barang bermotor… mata pencahariannya sebagai perental mobil berujung rugi, shock dan stress, akhirnya meninggal.”
”Puji Tuhan… kedua anak saya ranking satu semua. Yang besar kelas 1 SMP, adiknya kelas 4 SD, walaupun saya sibuk mencari nakah, mereka baik dan tetap menjadi juara kelas. Itu satu-satunya penghiburan saya.”
Saya pun tersenyum ke arah remaja yang menguping pembicaraan kami. Dia mengangguk balas tersenyum pada saya.
”Tuhan memberkati ya… Selamat Natal,” kata Sang Ibu sambil menyerahkan bungkusan nasi pesanan saya.
Hujan rintik-rintik pada pagi natal itu. Saya begitu terharu mendengar perjuangan Sang Ibu. Ah, seandainya saja sang suami tidak sebegitu jatuh kehilangan mobil, dia mungkin bisa ikut bangga melihat mata anaknya yang berbinar-binar menunggui ibunya membungkus nasi uduk.
”Hidup memang sarat perjuangan. Akan tetapi, sesulit dan sesakit apa pun yang terjadi, jangan menyerah kalah,” bisik saya pada diri saya sendiri.
Selamat natal, selamat berjuang!
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...