Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 19:01 WIB | Rabu, 11 September 2024

Penyelidik PBB Tuduh Israel Lakukan Serangan Kelaparan di Gaza

PM Israel, Benyamin Netanyahu, membantah tuduhan.
Anak-anak Palestina berkumpul untuk menerima makanan yang dimasak oleh dapur amal, di tengah kelangkaan makanan, saat konflik Israel-Hamas berlanjut, di Jalur Gaza utara, 18 Juli 2024. (Foto: dok. Reuters)

PBB, SATUHARAPAN.COM-Penyelidik independen PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) tentang hak atas makanan menuduh Israel melakukan "kampanye kelaparan" terhadap warga Palestina selama perang di Gaza, sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh Israel.

Dalam sebuah laporan minggu ini, penyelidik Michael Fakhri mengklaim hal itu dimulai dua hari setelah serangan mendadak Hamas di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang, ketika serangan militer Israel sebagai tanggapan memblokir semua makanan, air, bahan bakar, dan pasokan lainnya ke Gaza.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan tuduhan Israel membatasi bantuan kemanusiaan adalah "sangat salah."

"Kebijakan kelaparan yang disengaja? Anda bisa mengatakan apa saja — itu tidak menjadikannya benar,” katanya dalam konferensi pers hari Rabu (4/9).

Setelah tekanan internasional yang kuat — terutama dari sekutu dekat Amerika Serikat — pemerintah Netanyahu secara bertahap telah membuka beberapa penyeberangan perbatasan untuk pengiriman yang dikontrol ketat. Fakhri mengatakan bantuan terbatas awalnya sebagian besar dikirim ke Gaza selatan dan tengah, bukan ke utara tempat Israel memerintahkan warga Palestina untuk pergi.

Seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Oregon, Fakhri ditunjuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berpusat di Jenewa sebagai penyelidik, atau pelapor khusus, tentang hak atas pangan dan memangku jabatan tersebut pada tahun 2020.

“Pada bulan Desember, warga Palestina di Gaza mencapai 80 persen dari orang-orang di dunia yang mengalami kelaparan atau kelaparan hebat,” kata Fakhri. “Tidak pernah dalam sejarah pascaperang ada populasi yang dibuat kelaparan begitu cepat dan begitu total seperti yang terjadi pada 2,3 juta warga Palestina yang tinggal di Gaza.”

Fakhri, yang mengajar mata kuliah hukum tentang hak asasi manusia, hukum pangan, dan pembangunan, membuat tuduhan tersebut dalam sebuah laporan kepada Majelis Umum PBB yang diedarkan pada hari Kamis (5/9).

Ia mengklaim hal itu terjadi 76 tahun lalu sejak kemerdekaan Israel dan pengusiran terus-menerus warga Palestina. Sejak saat itu, ia menuduh Israel mengerahkan "berbagai teknik kelaparan terhadap warga Palestina, menyempurnakan tingkat kendali, penderitaan, dan kematian yang dapat ditimbulkannya melalui sistem pangan."

Sejak perang di Gaza dimulai, Fakhri mengatakan ia telah menerima laporan langsung tentang penghancuran sistem pangan wilayah tersebut, termasuk lahan pertanian dan perikanan, yang juga telah didokumentasikan dan diakui oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB dan lainnya.

"Israel kemudian menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai senjata politik dan militer untuk melukai dan membunuh warga Palestina di Gaza," klaimnya.

Israel bersikeras tidak lagi membatasi jumlah truk bantuan yang memasuki Gaza, termasuk makanan.

Pada konferensi pers hari Rabu, Netanyahu mengutip angka dari COGAT, badan militer Israel yang mengawasi masuknya bantuan ke Gaza, bahwa 700.000 ton bahan makanan telah diizinkan masuk ke Gaza sejak perang dimulai 11 bulan lalu.

Hampir setengah dari bantuan pangan tersebut dalam beberapa bulan terakhir telah dibawa oleh sektor swasta untuk dijual di pasar-pasar Gaza, menurut data COGAT. Namun, banyak warga Palestina di Gaza mengatakan mereka kesulitan untuk membeli cukup makanan bagi keluarga mereka.

Israel mengizinkan truk-truk bantuan melewati dua penyeberangan kecil di utara dan satu penyeberangan utama di selatan, Kerem Shalom. Namun, sejak invasi Israel ke kota selatan Rafah pada bulan Mei, PBB dan badan-badan bantuan lainnya mengatakan mereka kesulitan untuk mencapai sisi Gaza dari Kerem Shalom untuk mengambil bantuan tersebut untuk didistribusikan secara gratis karena operasi militer Israel membuatnya terlalu berbahaya.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menyebut situasi kemanusiaan di Gaza "melampaui bencana," dengan lebih dari satu juta warga Palestina tidak menerima jatah makanan apa pun pada bulan Agustus dan penurunan 35 persen dalam jumlah orang yang mendapatkan makanan matang setiap hari.

Kantor kemanusiaan PBB mengaitkan penurunan tajam dalam makanan matang sebagian dengan beberapa perintah evakuasi dari pasukan keamanan Israel yang memaksa sedikitnya 70 dari 130 dapur untuk menangguhkan atau merelokasi operasi mereka, katanya pada hari Kamis. Mitra kemanusiaan PBB juga kekurangan pasokan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua bulan berturut-turut di Gaza bagian tengah dan selatan, imbuh Dujarric.

Ia mengatakan kekurangan pasokan yang parah di Gaza disebabkan oleh permusuhan, ketidakamanan, jalan yang rusak, dan hambatan serta keterbatasan akses Israel. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home