Penyiar TV Dibunuh di Irak Utara
MOSUL, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah orang bersenjata membunuh seorang penyiar televisi di Irak utara, Minggu (15/12), kata stasiun TV tempat kerja wartawati itu dan polisi, dan ia menjadi jurnalis keenam yang dibunuh di negara tersebut sejak Oktober.
Nawras al-Nuaimi ditembak di dekat rumahnya di Mosul, kata stasiun TV Al-Mosuliyah, dan ia merupakan wartawan kelima yang dibunuh di kota wilayah utara itu dalam kurun waktu yang sama.
Mosul yang berpenduduk mayoritas Arab Sunni merupakan salah satu kota paling berbahaya di Irak, dan militan sering melancarkan serangan-serangan dan dikabarkan memeras uang dari para pedagang.
Pada 5 Desember, Kawa Ahmed Germyani, pemimpin redaksi majalah Royal dan seorang koresponden surat kabar Awene, ditembak mati di depan ibunya di Kalar, provinsi Sulaimaniyah, di wilayah otonomi Kurdistan.
Setelah pembunuhan itu, kelompok pengawas media Wartawan Tanpa Batas menyatakan "khawatir atas iklim sangat berbahaya bagi wartawan baik di Kurdistan Irak maupun wilayah lain negara itu, dan mengenai kekebalan hukum yang dinikmati penyerang dan pembunuh".
Pada November, Alaa Edwar, seorang wartawan Kristen yang bekerja untuk jaringan televisi Nineveh al-Ghad ditembak mati di Mosul.
Kamerawan Al-Mosuliyah, Bashar Abdulqader Najm, dan dua wartawan dari saluran televisi Sharqiya—koresponden Mohammed Karim al-Badrani dan kamerawan Mohammed Ghanem—dibunuh di Mosul pada Oktober.
Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.
Menurut data PBB, hampir 1.000 orang tewas pada Oktober dalam serangan-serangan di Irak.
Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.
Kekerasan Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni. (AFP/Ant)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...