Perancang Muda LPTB Susan Budihardjo Pergelarkan “Balance”
SATUHARAPAN.COM – Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo, sekolah mode yang telah melahirkan perancang busana papan atas negeri ini, merayakan peragaan tahunannya. Mengusung tema “Balance”, peragaan tahunan yang digelar di Ciputra Theater, 9 Februari 2018 itu dikemas dengan gaya teater.
Trubadur mengantarkan cerita, perancang-perancang muda menciptakan busana baru yang bermuatan tema keseimbangan, model-model bertindak sebagai pelakon membawakan karya busana, dan penari-penari gemulai menjadi pengiring. Walau dikemas di luar tradisi, mode, siluet, bahan, jahit, tetap menjadi sripanggung dalam persembahan lembaga pengajaran mode yang sudah memasuki usia 38 tahun ini.
Sebanyak 120 set busana dipergelarkan di atas panggung, yang terbagi dalam empat babak. Babak1, Architechtural, dihadirkan dengan gaya dinamis, modern, dan monokromatis. Babak 2, Flow, dihadirkan dalam gaya berkelas dan semi-strong. Babak3, Communication, dihadirkan dalam rancangan busana yang menggambarkan gerak dinamis, energik, kuat, dan cepat. Babak 4, Mind, dihadirkan dalam gaya yang mengungkap emosi dan siklus rasa.
Trubadur muncul dengan busana yang mengikuti tema, mengantarkan cerita tentang kisah yang bertutur tentang keseimbangan di tengah kegaduhan kota metropolitan. Yang halus berpadanan dengan yang kasar. Yang kuat dengan yang lemah. Hiruk pikuk bersisian dengan ketenangan. Yang gembira dan yang sedih.
Pada babak 4, busana dihadirkan dalam rancangan ringan, segar dan atraktif memanjakan mata penonton dan menawarkan inspirasi baru. Desainnya bergaya khas anak muda masa kini. Ringkas, mengaduk emosi, tegas, jauh dari kesan bertele-tele meski memainkan detail yang dikerjakan dengan apik.
Para alumnus lembaga pengajaran ini, desainer muda, menggarap babak ini dengan emosi yang bergelora.
Acakacak
Persembahan akhir datang dari tiga pribadi yang memunculkan padu-padan gaya maskulin yang cenderung kaku dengan gaya feminin yang luwes melebur dalam selera kasual dari tangan tiga desainer Acakacak: Bella Scholastica, Olivia Sembiring, Bunga Ludmilla. Acakacak adalah butik yang menampung karya alumni LPTB Susan Budihardjo.
Ciri khas Acakacak, seperti tercermin dari namanya, karya dari tiap karakter, Bella, Olivia, dan Bunga, dapat dipadupadankan dengan bebas dan disesuaikan dengan selera pribadi pemakai.
Bahan didominasi jin (jeans). Di tengah nuansa warna biru khas jin, menyelip oranye dan putih hasil campur tangan teknologi baru yang memungkinkan jin melahirkan varian baru. Jin biru dilunturkan warnanya hingga menghasilkan gradasi warna sampai putih. Saat menjadi putih, jin diinfus warna baru sesuai keinginan.
Jin-jin itu diolah maksimal, digunting, disikat, dan diserut, hingga berjumbai-jumbai, atau dilaser dengan intensitas panas yang dapat diatur. Panas sedang untuk menghasilkan gambar berdasarkan pola di atas bahan hingga panas tinggi untuk membuat bahan bolong menjadi motif.
Desain gambar yang dihasilkan dari panas laser dijadikan sebagai benang merah koleksi oleh desainer Acakacak ini.
Sepuluh pasang sepatu hasil eksplorasi aneka jin mengimbangi sepuluh set busana yang ditampilkan dalam babak empat menjadi penutup cerita serta kisah tentang “Balance”.
Pameran Menghias Sepatu dan Pameran Karya
LPTB Susan Budihardjo bekerja sama dengan Yongki Komaladi Shoes juga menggelar pameran menghias sepatu.
Praktisi sepatu Yongki Komaladi, bertindak sebagai juri dalam perlombaan menghias alas kaki yang diikuti oleh murid dan alumni dari LPTB Susan Budihardjo Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Bali.
Hadiah sebesar Rp. 5.000.000 dianugerahkan kepada dua pemenang untuk dua kategori, wearable dan unwearable.
Yang menarik, Yongki memilih beberapa peserta untuk ikut magang masing-masing selama dua bulan di Yongki Komaladi Shoes.
Pameran yang digelar di selasar Ciputra merupakan hasil karya 43 siswaLPTB Susan Budihardjo yang memanfaatkan bahan jin. Selain sejalan dengan arah mode masa kini, denim merupakan bahan yang mampu melampaui jenis kelamin, usia, ras dan waktu. Denim bahan yang tidak pernah “mati gaya”.
Busana yang ditampilkan dipadankan dengan sepatu desain mereka sendiri yang dibuatkan oleh Yongki Komaladi Shoes.
Yongki Komaladi memberi kesempatan kepada Acakacak untuk bekerja sama dengan Yongki Komaladi Shoes. Beberapa desain yang terpilih akan dipajang jual di beberapa toko. Desain diberi label “Yongki Komaladi, designed by Acakacak”.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...