Percobaan Pengobatan Pertama Ebola akan Dimulai di Afrika Barat
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Kelompok bantuan kesehatan Doctors Without Borders (MSF) pada Kamis, (13/11) mengatakan, pihaknya akan meluncurkan percobaan klinis atas kemungkinan tiga pengobatan untuk ebola di Afrika Barat mulai bulan depan.
“Uji coba yang akan digelar di Liberia dan Guinea mulai Desember, pada akhirnya memberikan harapan bagi para pasien untuk mendapatkan pengobatan terhadap sebuah penyakit yang pada hari ini menewaskan antara 50 persen dan 80 persen para penderitanya,” ujar Annick Antierens, yang sedang mengoordinasikan percobaan tersebut dengan tiga mitra riset berbeda.
Dua obat antivirus akan diuji brincidofovir dan favipiravir, yang dianggap World Health Organization (WHO) menjanjikan.
“Terapi lainnya menggunakan darah dan transfer plasma dari penderita ebola yang pulih akan diujicoba di Guinea, “ kata MSF.
Perlu diingat bahwa tidak ada jaminan bahwa terapi-terapi ini akan menjadi obat ajaib, seperti diperingatkan Antierens.
“Namun kami perlu melakukan semua upaya yang kami bisa untuk mencoba beragam produk yang tersedia pada hari ini guna meningkatkan peluang menemukan pengobatan efektif terhadap Ebola,” katanya.
Hasil pertama akan diumumkan pada Februari 2015.
Ilmuwan Kembangkan Vaksin Ebola Tanpa Suntik
Sementara itu, ilmuwan telah mengembangkan vaksin ebola dosis tunggal tanpa jarum yang melindungi monyet, agar tidak terkena infeksi selama lebih dari empat bulan.Vaksin tersebut diberikan melalui hidung, dan melindungi hewan primata melalui saluran pernapasan.
Satu keuntungan utamanya, menurut ilmuwan Maria Croyle dari University of Texas di Austin, adalah vaksin tersebut bisa mencegah transmisi virus secara tidak sengaja lewat sampah jarum yang tidak dibuang dengan semestinya.
Berita tentang vaksin tersebut dilaporkan dalam Molecular Pharmaceuticals, sebuah jurnal yang diterbitkan American Chemical Society.
Vaksin yang dihirup tersebut menggunakan adenovirus yang tidak berbahaya, yang mengakibatkan demam biasa. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan kera, tidak ada satupun dari ketiga primata tersebut yang diberi vaksin yang tertular virus ebola setidaknya selama 21 minggu setelahnya. Para ilmuwan juga memberikan vaksin tersebut kepada kera melalui suntikan intravena, yang juga melindungi hewan tersebut.
Para peneliti mengatakan formula tersebut masih butuh penyempurnaan. Formula vaksin yang diberikan di bawah lidah juga sedang dikembangkan.
Setidaknya dua calon vaksin untuk mencegah ebola sedang diujicoba di Amerika Serikat dan Afrika. (AFP/VOA Indonesia/Antara)
Editor : Eben Ezer Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...