Perempuan dan Anak-anak Migran Afrika Utara Alami Pelecehan
JENEWA, SWISS, SATUHARAPAN.COM – Laporan baru UNICEF mengatakan, ribuan perempuan dan anak-anak yang menghadapi risiko berbahaya menyeberangi Laut Tengah dari Afrika Utara ke Italia, untuk menyelamatkan diri dari perang dan kemiskinan, menjadi korban kekerasan, eksploitasi seksual dan bentuk-bentuk pelecehan lainnya.
Survei akhir tahun lalu mengenai kondisi di Libya mengungkap apa yang digambarkan UNICEF sebagai tingkat penyiksaan mengerikan sepanjang rute migrasi. Kala itu, tercatat 256.000 migran di Libya, termasuk lebih dari 30.800 perempuan dan lebih dari 23.000 anak-anak. Laporan itu mencatat, ribuan perempuan dan anak-anak yang dipenjara, dipukuli, diperkosa dan dibiarkan kelaparan tinggal dalam "lubang neraka."
Afshan Khan, adalah direktur regional UNICEF dan koordinator khusus krisis pengungsi dan migran di Eropa. Ia menjelaskan kondisi yang dihadapi migran.
"Hampir separuh perempuan yang diwawancara melaporkan pelanggaran atau pelecehan seksual, dan sebagian besar anak-anak dan perempuan melaporkan pelecehan verbal atau emosional, separuh mengalami pemukulan fisik.
Para perempuan yang ditahan di pusat-pusat penahanan di Libya Barat melaporkan kondisi yang sangat buruk, gizi dan sanitasi buruk, penuh sesak. Dan, sebagian besar anak-anak dan perempuan itu mengatakan mereka diharapkan tinggal lebih lama di Libya untuk bekerja dan membayar perjalanan tahap berikutnya," kata Khan.
Penyelundup membebani biaya antara 100 dolar (Rp 1.336.125), dan lebih dari 2.100 dolar (Rp 28.058.633)untuk menyeberangi laut dari Libya ke Italia. Khan mengatakan, migran tidak membayar uang itu sekaligus di depan, tetapi per tahap tertentu perjalanan. Sepertiga anak-anak melakukan perjalanan sendirian dari Libya. Menurutnya, jumlah pasti mereka setidaknya tiga kali lebih banyak.
"Sekali lagi, anak-anak perempuan yang saya ajak bicara, banyak dari mereka sudah mempunyai uang untuk membayar tahap awal, kemudian beralih ke seks, transaksi seks, untuk membayar tahap-tahap perjalanan selanjutnya. Jadi, anak-anak perempuan ini sangat rentan. Terjadi banyak perdagangan untuk eksploitasi dan pelecehan seksual," katanya, yang dilansir situs voaindonesia.com.
Menurut Khan, anak-anak, khususnya anak perempuan, sering dibawa ke berbagai negara sebagai pelacur oleh jaringan kelompok kriminal. Ia mencatat, anak laki-laki juga terjebak jaringan kriminal ini dan dipaksa membuat onar di jalan-jalan atau jatuh dalam prostitusi.
Selain pelecehan, laporan itu menyebutkan banyak anak-anak meninggal di sepanjang rute migrasi berbahaya dari Afrika Utara ke Eropa. Tahun lalu, lebih dari 4.500 orang tewas menyeberangi Laut Tengah dari Libya ke Italia, termasuk setidaknya 700 anak-anak. Laut yang memisah kedua negara menjadi titik utama perlintasan bagi migran yang hendak hidup lebih baik di Eropa.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...