Pergilah kepada Semut
SATUHARAPAN.COM – Di rumah kita pasti ada semut. Rajin dan gotong royong merupakan sifat makhluk yang juga piawai berinvestasi untuk masa depannya—menyediakan cadangan makanannya di musim panas.
Jika ada sisa makanan di meja makan, biasanya makanan tersebut akan didatangi beberapa semut saja. Tetapi, tunggu sedikit waktu lagi, jumlahnya akan makin bertambah. Agaknya, mereka tidak mementingkan diri sendiri, tetapi kepentingan rekan atau koloninya. Pelajaran lain yang bisa didapat dari makhluk ini ialah kekompakan, bekerja sama, dan mempunyai tujuan yang jelas saat membawa makanan yang didapatnya, meski tidak memiliki pemimpin. Bandingkan dengan manusia yang kadang bekerja bagus supaya dilihat pemimpinnya.
Manusia—yang dikaruniai akal budi untuk mengelola alam—ternyata makhluk individualis. Manusia mementingkan kepentingannya sendiri dan sering kali tidak mempedulikan kepentingan sesamanya. Bahkan, kalau perlu demi mendapatkan keuntungan rela menindas sesamanya dan menghalalkan segala cara.
Selain individualis, manusia juga memiliki satu penyakit yang sulit diobati yaitu malas. Untuk penyakit yang satu ini obatnya agak sulit ditemukan kecuali pribadi orang tersebut menyadari bahwa malas merupakan suatu penyakit. Penyakit yang lahir berdasarkan asumsi bahwa kita masih ada waktu untuk mengerjakannya—bukankah belum tenggat? Padahal, bisa jadi besok kita malah tak punya waktu sama sekali untuk mengerjakannya. Dalam bekerja agaknya kita perlu bersikap: selagi masih ada waktu, mari kita mengerjakannya saat ini juga!
Nah, jika semut saja tahu pentingnya bekerja untuk menyiapkan cadangan makanan, maka seharusnya manusia dapat lebih dari itu. Dan sungguh, benarlah peribahasa ini: ”Pergilah kepada semut, perhatikan lakunya dan jadilah bijak.”
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...