Perhatikanlah dengan Saksama
Hidup terlalu berharga untuk dijalani dengan sembrono.
SATUHARAPAN.COM – ”Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”(Ef. 5:15-16).
Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus dengan jelas menyatakan bahwa setiap Kristen wajib memeriksa dirinya sendiri—ucapannya, sikapnya, dan tindakannya. Mengapa? Karena manusia tidak kebal dari kecenderungan melakukan apa yang jahat.
Dunia semakin lama semakin buruk keadaannya. Manusia dinilai tinggi bukan dari karakternya, tetapi apa yang dimiliki: harta dan kuasa. Dan itulah mode manusia zaman sekarang—zaman edan, sing ora edan ora keduman. Sehingga orang percaya—yang masih tinggal dalam dunia, meski bukan dari dunia—perlu arif dalam menyikapi gerak zaman. Jangan sampai gaya hidup dunia—dan bukan gaya hidup Kristen—yang menjadi pedoman.
Surat Paulus menyatakan dengan jelas bahwa kita tak lagi boleh hidup semau-maunya karena hidup kita terlalu berharga untuk dijalani dengan sembrono. Paulus dengan tegas mengajak umat di Efesus untuk memperhatikan diri mereka sendiri dengan saksama.
Menarik disimak, Paulus tidak mengajak umat untuk memperhatikan orang lain, tetapi memperhatikan diri mereka sendiri. Persoalannya sering memang di sini: kita mudah menilai orang lain dan lupa menilai diri kita sendiri.
Paulus mengajak umat untuk menggunakan waktu yang ada. Berkait soal waktu, kita semua pasti setuju bahwa kita hanya bisa melakukan sesuatu di dalam waktu. Dan kita tidak mungkin menabung waktu untuk dipakai nanti. Tidak. Kita tidak mungkin mengantongi waktu, kita hanya mungkin mengisinya. Ketika waktu tidak digunakan, maka dia akan terus berjalan.
Menggunakan waktu pun bukan perkara gampang. Kadang kita sungguh-sungguh tidak tahu apa yang penting dalam hidup. Berkait dengan waktu memang ada sesuatu yang penting dan mendesak, ada yang penting tetapi tidak mendesak, ada yang tidak penting tetapi mendesak, dan ada yang tidak penting dan tidak mendesak. Nah, bagaimanakah kita menentukan prioritas dalam hidup kita?
Paulus dengan tegas berkata: ”Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Ef 5:18). Kehendak Tuhan menjadi hal utama karena kita sering kali memang tidak tahu apa yang baik bagi diri kita sendiri. Kehendak Tuhan menjadi hal utama karena Tuhan adalah pencipta kita yang pasti lebih tahu apa yang baik bagi kita. Kehendak Tuhan menjadi hal utama karena Dialah Tuhan dan kita adalah hamba-Nya. Jika hanya kehendak kita saja yang kita kedepankan, pertanyaannya: siapakah yang menjadi Tuhan?
Pemazmur menyatakan dengan jelas bahwa ”Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia” (Mzm 34:10). Dan sayangnya bukan itu yang dilakukan oleh orang-orang di Kapernaum (Yoh. 6:51-58).
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...