Perjuangan Pembela Hak Asasi Manusia di Hebron
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM – Bertepatan pada peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia yang jatuh setiap tanggal 10 Desember, Koordinator PBB untuk Bantuan Kemanusiaan dan Pengembangan Aktivitas, Robert Piper, bersama sekelompok pemimpin PBB dan LSM mengunjungi Kota Hebron pekan ini untuk melihat para pembela HAM di daerah itu, serta hambatan yang dialami anak-anak Palestina dalam memperoleh pendidikan.
Selama kunjungan, delegasi menghabiskan waktu di daerah Hebron yang dikuasai Israel. Pembela HAM menyediakan perlindungan untuk Palestina. Sebagai bagian dari pekerjaan, mereka juga memantau dokumen di pos pemeriksaan dan menemani anak-anak menuju sekolah di daerah yang banyak terjadi pelecehan dan kekerasan.
James Heenan, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, mengingatkan pembela hak asasi manusia juga memiliki hak untuk memperoleh kedamaian dalam melindungi hak-hak orang lain.
Kunjungan ini juga membawa mereka ke sekolah Qurtuba. Di sekolah, guru melaporkan bahwa siswa tidak dapat berkonsentrasi serta menunjukkan tanda-tanda tekanan psikososial karena mereka takut berjalan melewati pos pemeriksaan ketika berangkat dan pulang sekolah.
Felipe Sanchez, Direktur UNRWA Operasi Tepi Barat, mengatakan guru UNRWA, pekerja sosial, dan konselor kesehatan mental di Tepi Barat, melaporkan adanya tingkat stres dan trauma yang sangat tinggi.
“Jika tidak ada tindakan yang diambil, seluruh generasi anak-anak dan remaja akan hilang. Masa depan mereka harus dikembalikan," kata Felipe.
Dalam gelombang kekerasan, kota Hebron memiliki jumlah tertinggi korban Palestina di sebuah wilayah tunggal di OPT (occupied Palestinian territories), dan peningkatan pembatasan gerakan mempengaruhi akses ke layanan dan tempat-tempat kerja di seluruh kota. Perhatian khusus diberikan pada dampak dari kekerasan dan pembatasan akses anak-anak ke sekolah karena pos-pos pemeriksaan. Lebih kurang 4.200 anak melewati pos pemeriksaan dalam perjalanan menuju sekolah di Hebron setiap hari.
Selama periode ini, Pasukan Keamanan Israel, organisasi internasional, dan kelompok-kelompok sosial lokal berusaha memberikan perlindungan dan mencatat pelanggaran hak asasi manusia. Staf dari organisasi-organisasi ini telah mengalami serangan fisik, penangkapan, dan ancaman. Tiga dari empat organisasi yang menyediakan kehadiran perlindungan bahkan telah diwajibkan untuk keluar dari Hebron pada bulan Oktober sebagai akibat dari ancaman. Sejak 3 November, dampak pelaksanaan zona militer tertutup di Hebron telah ditangani oleh organisasi-organisasi ini.
"Pembela hak asasi manusia memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak asasi manusia," kata Piper setelah kunjungan.
"Organisasi-organisasi tersebut merupakan garda depan dalam perlindungan hak asasi manusia di wilayah Palestina. Mereka berusaha mewujudkan dukungan dari masyarakat dunia kepada orang-orang Hebron dan membela hak-hak anak-anak Palestina. Anak-anak sekolah harus merasa aman saat berangkat dan pulang sekolah. Warga Hebron juga harus diperbolehkan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa kekerasan, ancaman, atau pembalasan." (ochaopt.org)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...