Perkawinan Karya, Adimas Immanuel dan Ananda Sukarlan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Penulis Adimas Immanuel meluncurkan buku puisinya, Di Hadapan Rahasia, pada hari Rabu (17/2). Peluncuran buku puisi itu dikemas dalam konser yang dibawakan oleh komponis, sekaligus pianis, Ananda Sukarlan, dan soprano dari Surabaya, Mariska Setiawan. Adimas mengawinkan puisinya dengan alunan musik piano Ananda yang dinyanyikan oleh Mariska, di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
“Interpretasi tidak selesai hanya pada puisi, saya mencoba memikirkan konsep seperti apa yang akan menarik untuk penerjemahan selanjutnya dari buku ini, sampai pada akhirnya saya bertemu Ananda Sukarlan yang berdedikasi tinggi di dunia seni berupa musik klasik, serta aktif mempromosikan musik asli Indonesia melalui musik sastra. Saya rasa visi kami selaras, jadi tidak ada alasan untuk tidak menggelar acara ini. Atas prakarsanya, acara ini bisa dilangsungkan,” kata Ananda dalam sambutannya, setelah membacakan salah satu puisi dalam bukunya.
Buku puisi Di Hadapan Rahasia berisi 70 puisi hasil interpretasi Adimas terhadap lukisan, musik, dan game yang ditulis dalam rentang tahun 2013-2015. “Saya menulis puisi-puisi dalam buku ini selama dua tahun dan disempurnakan di tahun berikutnya,” katanya.
Terdapat lima puisi Adimas yang dimusikalisasikan dalam peluncuran buku ini.
“Saya membebaskan Ananda Sukarlan untuk memilih puisi-puisi yang dimusikalisasikan karena interpretasi selalu begitu. Saya tidak membatasi, hanya menyampaikan pijakannya,” ujar Adimas.
“Dari lima puisi yang saya musikalisasikan, puisi yang berjudul Iras adalah yang paling kompleks, sehingga mempunyai tantangan tersendiri dalam menerjemahkannya,” kata Ananda.
Selain membawakan “Rangkaian Rahasia untuk Mariska” berdasarkan lima puisi Adimas, Ananda dan Mariska juga membawakan tembang puitik Darkness and My Lover (dari puisi Walt Whitman), Retweeting @aanmansyur (dari twitter Aan Mansyur), Aku Tak Peduli (Eva Soraya), Call Me, but Love (dari dialog Romeo & Juliet), Yang Fana adalah Waktu (dari puisi Sapardi Djoko Damono), Ketika Kau Entah Dimana (dari Sapardi Djoko Damono), dan beberapa tembang daerah (dari Rapsodia Nusantara).
Menurut Adimas, perkawinan puisi dan musik bisa terjadi karena puisi adalah medium cair yang bisa digubah menjadi apa pun, dan musik adalah salah satunya. “Perkawinan puisi dengan musik menjangkau lebih banyak orang. Banyak orang yang beranggapan puisi sulit dimengerti, dingin, dan kaku, oleh karena itu melalui musikalisasi puisi lah puisi dapat lebih dimengerti,” ucap Adimas.
Ketika ditanya satuharapan.com mengenai alasannya memilih musik piano sebagai media musikalisasi puisinya, Adimas mengatakan ia memilih musik piano karena puisinya membutuhkan elemen yang cukup berbeda. “Recital piano dan soprano cocok untuk puisi-puisi saya,” katanya.
“Buku ini lebih menampilkan suasana yang berbeda dari buku-buku saya sebelumnya. Saya membawa pembaca memasuki ranah yang banyak mempertanyakan dirinya. Dalam buku ini saya menghadapi diri saya sendiri yang ternyata menyimpan banyak rahasia,” kata Adimas.
Profil Adimas Immanuel
Adimas Immanuel lahir di Solo, tanggal 8 Juli 1991. Ia lulusan dari Fakultas Ekonomi Undip. Sehari-hari ia menulis puisi, cerpen, dan esai. Puisi-puisinya dimuat di beberapa surat kabar.
Puisinya dibukukan dalam Empat Cangkir Kenangan (Serba Indie, 2012), Pelesir Mimpi (Kata Bergerak, 2013), dan Di Hadapan Rahasia (GPU, 2016). Pelesir Mimpi menjadi longlist Kusala Sastra Khatulistiwa 2014 dan shortlist Anugerah Pembaca Indonesia 2014. Adimas mengikuti ASEAN Literary Festival 2015 dan Ubud Writers & Readers Festival 2015. Adimas kini berdomisili di Jakarta untuk bekerja dan melanjutkan studi Magister Kebijakan Publik di Universitas Indonesia.
Profil Ananda Sukarlan
Ananda Sukarlan dikenal sebagai pianis, komponis, pendidik, dan aktivis kebudayaan Indonesia. Ia menerima Penghargaan Kebudayaan RI termuda di tahun 2015.
Sebagai pianis, ia telah memenangkan banyak kompetisi internasional. Sebagai komponis, karyanya berjumlah ratusan, dipentaskan, dan sering menjadi bahan tesis dan disertasi. Sebagai pendidik, ia banyak diundang untuk mengajar di berbagai universitas di dunia.
Ananda adalah orang Indonesia pertama yang tercantum di 2000 Outstanding Musicians of the 20th century terbitan Cambridge. Selain aktif memperkenalkan identitas klasik Indonesia melalui Rapsodia Nusantara, ia juga aktif menggiatkan musik sastra dan mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia.
Editor : Sotyati
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...