Loading...
DUNIA
Penulis: Kartika Virgianti 13:32 WIB | Minggu, 11 Agustus 2013

Perkemahan Liburan Musim Panas Anak-anak Korea Utara, Dulu Pernah Berjaya

Perkemahan Liburan Musim Panas Anak-anak Korea Utara, Dulu Pernah Berjaya
Perosotan air warna warni di Kamp Anak Internasional Songdowon (foto-foto: bbc).
Perkemahan Liburan Musim Panas Anak-anak Korea Utara, Dulu Pernah Berjaya
Brosur Kamp Anak Intdernasional Songdowon yang dikeluarkan tahun 1989.
Perkemahan Liburan Musim Panas Anak-anak Korea Utara, Dulu Pernah Berjaya
Valentina Boltacheva di barisan atas, ketiga dari kanan.
Perkemahan Liburan Musim Panas Anak-anak Korea Utara, Dulu Pernah Berjaya
Valentina dan kelompoknya berkinjung ke taman hiburan, yang menjadi bagian dari acara kamp.
Perkemahan Liburan Musim Panas Anak-anak Korea Utara, Dulu Pernah Berjaya
Pemimpin Korea Utara mengunjungi Kamp Anak Songdowon.

SONGDOWON, SATUHARAPAN.COM - Ketika memilih kamp untuk diikuti anak-anak pada musim panas, Korea Utara mungkin tidak termasuk dalam daftar. Tapi selama beberapa dekade lalu Kamp Songdowon Anak Internasional, mampu menjamu anak-anak muda dari seluruh dunia dengan kolam renang, seluncur air dan danau berperahunya.

Ketika pembukaan pertamanya sejak tahun 1960, Kamp Songdowon Anak Internasional merupakan pusat bagi pertukaran budaya di antara sesama negara komunis pada saat itu. Bertempat di tepi pantai, di antara pepohonan pinus, yang merupakan tempat di mana anak muda dari negara sahabat bisa bertemu.

Gadis sembilan belas tahun, Valentina Boltacheva, dari kota dekat Vladivostok di arah timur Rusia, pernah berkunjung saat ia umur 14 tahun. Ia ikut ambil bagian dalam kompetisi lari dari pemerintah setempat, bagi para pekerja pabrik tempat ibunya bekerja. Hadiahnya adalah kupon liburan ke Songdowon.

Valentina menjawab pertanyaan tentang sejarah pabrik pembuatan pesawat tempat ibunya bekerja dan tentang Korea Utara, yang ia pelajari di perpustakaan setempat. Ia berhasil, dan menjadi salah satu dari 30 anak yang dipilih untuk mengunjungi luar negeri, perjalanan pertamanya.

“Menurut saya Korea Utara adalah negara yang ramah,” katanya. “Kami diterima dengan baik, kami selalu merasa terhibur dan kami diperlakukan dengan baik. Dan orang-orang pada umumnya sangat ramah.”

Kamp, dengan gedung-gedung putih beton dan luas, perosotan air warna-warni, terbuka selama musim panas untuk anak-anak Korea Utara yang mencapai nilai sekolah sangat baik. Mereka juga menjadi tuan rumah bagi mahasiswa asing selama dua sampai tiga minggu setiap bulan Juli. Panitia kamp mengadakan kegiatan seperti berkemah, olah raga pagi, dan mengunjungi taman hiburan.

Pelajar asing diwajibkan untuk menampilkan pertunjukkan budaya. Kelompok Valentina memilih tarian rakyat Rusia. Para pemuda dan pemudi menampilkan tarian menggunakan kostum yang seragam, dan penontonpun bertepuk tangan. Pertunjukkan menggunakan kostum zaman dulu, seperti menampilkan sesuatu hal dari era lain.

Banyak dari anak-anak Korea Utara di kamp ketika mengunjungi Valentina adalah Anggota Muda Korps Pelopor, sebuah organisasi politik untuk anak di bawah 15 tahun. Potret para pemimpin Korea Utara di mana-mana, dan politik tidak pernah jauh dari kehidupan mereka. “Di jalan-jalan kami melihat korps pelopor, di setiap kami pergi ke kamar hotel di kamp ada potret Kim Il-sung dan Kim Jong-il,” kata Boltacheva.

“Orang-orangnya sangat patriotik, hampir setiap hari kami melihat orang-orang pergi ke tugu peringatan dan monumen untuk meletakkan bunga dan menyanyikan lagu-lagu patriotik. Hal itu sangat tidak biasa bagi saya.”

Ia menemukan beberapa makanan yang tidak biasa, ada banyak yang seperti itu. Ini baru sebagian Korea Utara, seperti sayuran yang dimakan dengan saus nasional,” kata Valentina. Tapi di sepanjang sisi jalan ada bawang rebus, kol, dan nasi dengan telur goreng, ham dan bahkan es krim dan kue keju untuk makanan penutup.

“Meskipun makanan utama nasional mereka lezat, saya tidak merasa ingin makan.” kata Valentina.

Akomodasi untuk tempat tinggal cenderung berdasarkan ras tertentu, di mana pelajar asing dipisahkan dari orang lokal. Tapi Valentina mengatakan ia tidak menyadari satu keanehanpun dan bisa berteman dengan orang Korea Utara yang bisa berbahasa Inggris dan sedikit bahasa Rusia.

Matthew Reichel, co-founder Bursa Projek Pyongyang, sebuah organisasi non-profit Kanada yang mempromosikan pertukaran budaya dengan Korea Utara, mengatakan dia peduli dengan penyelenggara kamp, sebagaimana yang ia tahu sulitnya ketika mereka bersiap untuk mencoba tugas tahunan, yaitu meyakinkan mahasiswa asing untuk berkunjung.

“Terbuka bagi internasional, itu adalah bagian dari alasan mengapa kamp dibuat. Tujuan ini akan menjadi kegagalan jika tidak bisa menarik mahasiswa asing,” kata Reichel.

Ia mengatakan panitia menawarkan program beasiswa, dan pengurangan biaya, untuk menarik siswa dari Mongolia, Rusia, Vietnam, dan negara yang jauh seperti Tanzania. Tapi belakangan ini menjadi semakin sulit untuk menjual. “Setiap tahun penyelenggara harus pergi keluar negeri dan menjual kamp, dan rasanya semakin sulit untuk menjual,” katanya.

Masalahnya adalah sebagian besar siswanya berasal dari Cina. Dan, meskipun kamp murah, kata Reichel, dua minggu tinggal biaya sekitar US $ 300 (Rp 3.087.000). Korea Utara tidak lagi menjadi tujuan pilihan bagi banyak wisatawan China.

“Orang-orang Cina yang semakin pilih-pilih ke mana mereka ingin pergi. Saat ini mereka tertarik pada Eropa, Kanada, Amerika, dan Korea Selatan untuk mengikuti kamp musim panas untuk anak-anak, sehingga Korea Utara menghadapi banyak kompetisi,” katanya.

Ini adalah tantangan yang harus diatasi  oleh para pemimpin Korea Utara. Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un memiliki rencana untuk mengubah industri pelabuhan terdekat di Wonsan menjadi resor mewah kelas dunia, menurut surat kabar Korea Selatan Tha JoongAng Daily.

Reichel mengatakan daerah ini adalah pilihan yang alami. “Ada pantai, dan lokasi yang sudah diatur dan rapih, serta pegunungan yang indah. Pemerintah Korea Utara tertarik untuk mengambil keuntungan dari semua itu.”

Ia mengakui bahwa keindahan alam Korea Utara bukanlah hal pertama yang terlintas dalam pikiran untuk beberapa wisatawan Barat yang berkunjung, sebagian besar dari mereka tertarik pada sistem politik negara tersebut. Enam jam perjalanan dari Pyongyang, Wonsan tidaklah mudah diakses, menurut Valentina.

Adapun menurut Valentina, tampaknya bahwa Korea Utara tidak lagi menjadi puncak daftar tujuan liburannya. “Saya bermimpi untuk mengunjungi negara-negara Eropa,” katanya.

 

Fakta Tentang Pariwisata di Korea Utara

  • Lebih dari 3.500 wisatawan Barat mengunjungi Korea Utara setiap tahunnya.
  • Untuk kunjungan selama lima malam menghabiskan US $ 1.520 (sekitar Rp.15.650.000)
  • Kunjungan diselenggarakan oleh tur agensi khusus.
  • Ibukota negara Pyongyang merupakan tujuan wisata paling populer.
  • Makanan paling populer yaitu mie dingin, cumi-cumi, acar kubis.
  • Kebanyakan turis yang berkunjng dari negara tetangga China. (bbc.co.uk) 

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home